Taman Wisata Alam Camplong terkenal dengan potensi wisata alam maupun lokasi pengamatan burung/bird watching. Namun tahukah Anda, bahwa di TWA Camplong khususnya area kolam Oenaek adalah habitat potensial capung?

Capung merupakan serangga dengan veriasi tubuh dan sayap yang menarik. Serangga ini menjadi salah satu bio-indikator lingkungan yang sehat dengan habitat pada mata air, badan air, maupun sekitar sungai/kolam dengan kualitas air yang bagus. Capung juga dikenal sebagai serangga predator hama khususnya pada habitat lahan pertanian. Tubuh serangga ini memiliki tiga bagian utama yaitu kepala, dada dan perut. Kepala terdiri atas mata sederhana, antena pendek, mulut dan frons. Dada terdiri atas protoraks, sintoraks, dan pterotoraks (tempat melekatnya sayap). Pada abdomen terdiri atas 10 segmen embelan atas dan embelan bawah. Perkembangbiakan capung melalui tiga fase yang terdiri atas fase telur, nimfa dan dewasa.

Terdapat dua subordo capung yaitu subordo Zygoptera (capung jarum) dan subordo Anisoptera (capung sejati). Capung jarum umumnya berukuran kecil dan ramping dengan sayap belakang dan depan bentuknya sama. Saat capung jarum hinggap, sayapnya akan menutup serta mata majemuknya terpisah/tidak menempel. Sedangkan capung sejati dapat kita bedakan dari segi ukuran tubuh, tubuh kokoh dan kaku, sayap depan dan belakang bentuknya berbeda, saat hinggap sayap capung sejati akan tetap terbuka, serta mata majemuk capung ini menempel.

Berdasarkan pengamatan, dijumpai dua subordo capung di kolam Oenaek TWA Camplong, yaitu capung jarum dan capung sejati. Setidaknya dijumpai empat jenis capung jarum (a. Pseudogrion microcepahlum; b. Pseudagrion pilidorsum; c. Libellago naias; d. Nosostica selysi) dan enam capung sejati (1. Neurothemis ramburii; 2. Orthetrum chrysis; 3. Rhodothemis rufa; 4. Trithemis festiva; 5. Brachydiplax chalybea; 6. Agrionoptera insignis). Perjumpaan capung paling banyak pada pagi hari saat cuaca cerah di sekitar kolam Oenaek (area kolam maupun sumber mata air). Selain di kolam Oenaek, dijumpai juga beberapa jenis capung pada aliran air lainnya di TWA Camplong.Melihat keberadaan capung si bio-indikator di kolam Oenaek, menandakan bahwa kolam Oenaek memiliki kualitas air yang bagus atau minim cemaran. Oleh sebab itu mari kita bersama-sama menjaga air (kualitas maupun kuantitas) maupun menjaga keberadaan capung-capung di TWA Camplong. Kita bisa memulainya dengan berwisata yang bijaksana dan juga tidak membuang sampah sembarangan di area TWA Camplong.

Penyusun : Rizky Novita

Referensi :

Anifah, N., dkk. 2020. Capung Gunung Merapi. Penerbit Balai Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta.

Baskoro, K., dkk. 2018.Ordonata Semarang Raya: Atlas Biodiversitas Capung di Kawasan Semarang. Departemen Biologi Universitas Diponegoro. Semarang.

Irawan, A. & Wahyu S.R. 2018. Capung Sumba Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti. Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti. Sumba Timur.

Kosterin, O.E. 2014. Odonata briefly observed on the islands of Bali and Lombok, Lesser Sundas, Indonesia in the late February 2014. International Dragonfly Funs (1-48).

Pratama, R. & Rega A.R. 2016. Dragonflies Inventory (Odonata) in Kota Waringin Willage, Puding Besar District Bangka Istand. Biological Research Journal Vol. 2 No. 2 (2477-1392).