Instagram
Tiktok
Twitter
YouTube
Whatsapp
Facebook
- PROFIL

Cagar Alam Hutan Bakau Maubesi

  Kabupaten Malaka

Sejarah

Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau (CA. HB) Maubesi secara geografis terletak pada posisi  124° 57' 5,692" - 125° 0' 38,904" BT dan  9° 30' 40,819" – 9° 35' 47,391" LS.  Cagar Alam Hutan Bakau Maubesi merupakan salah satu kawasan suaka alam yang dapat menggambarkan keterwakilan ekosistem hutan mangrove. Dapat dikatakan merupakan lahan basah yang terdapat di kawasan daratan Timor Barat Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Keterwakilan dapat dilihat dalam hal keanekaragaman jenis flora terutama mangrove, variasi tinggi, diameter mulai dari tingkat semai, perdu atau pepohonan pancang/ tegakan dan pohon. Penunjukan Kawasan CA Hutan Bakau Maubesi pertama kali berdasarkan surat Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor: 123.1/86/BKPH/K/80 tanggal 27 Desember 1980 kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Direktur Jenderal Kehutanan Nomor: 1566/DJ/I/1981 tanggal 20 April 1981. Berdasarkan kedua surat tersebut, Menteri Pertanian yang pada saat itu dijabat oleh Prof. Ir. Soedarsono Hadisapoetro menunjuk kawasan hutan bakau maubesi seluas ± 1.830 hektar sebagai kawasan hutan dengan nama Cagar Alam Hutan Bakau Maubesi dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 394/Kpts/Um/5/1981 tanggal 7 Mei 1981.

Kondisi Ekosistem

Tipe Ekosistem di CA. Hutan Bakau Maubesi lebih didominasi oleh flora dan fauna yang dapat berasosiasi dan beradaptasi di daerah intertidal. Untuk flora pada umumnya lebih sering dijumpai tipe ekosistem mangrove dengan berbagai tipe zonasi penyusunya. Zonasi mangrove di Cagar Alam Maubesi, menyerupai system zonasi mangrove yang secara umum merupakan hasil inventarisasi di kawasan Pasifik. Dimana kondisi zonasi secara umum di pasifik adalah pohon-pohon spesies dari genus Avicennia, yang didalamnya terdapat juga spesies dari genus Sonneratia. Dibelakangnya didominasi oleh genus Rhizophora dengan dominasi satu atau lebih spesies dari Rhizophora, dan tidak jarang terlihat adanya spesies lain didalamnya. Didepan yang lebih menghadap daratan, didominasi oleh spesies dari genus Bruguiera, dan bruguiera ini dapat berasosiasi dengan Ceriops.

Flora

Pada tingkat Pohon didominasi oleh genus Rhizophora, tidak berbeda jauh dengan tingkat semai tegakan dimana prosentase penutupan genus ini dari ketiga spesies mencapai 90,83%. Hal ini menunjukkan ketersediaan bibit tingkat semai genus Rhizophora yang cukup memadai dengan kerapatan semai mencapai 148; 115 dan 25 tegakan/ha. Hal ini menunjukkan bahwa tegakan genus Rhizophora mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi dibuktikan dengan nilai INP yang tertinggi. Secara ekonomis pohon dari genus ini dapat digunakan sebagai produk bahan bangunan, bantalan kereta api dan lain-lain.

Fauna

Identifikasi fauna di CA. Hutan Bakau Maubesi dilakukan pada tahun 2003 dan tahun 2017, dengan lokus pengamatan hanya pada aves, reptil dan mamalia. Hasil identifikasi burung tahun 2017 sebanyak 33 jenis, dimana hasil tersebut tiga kali lebih Hasil identifikasi Reptil tahun 2017 sebanyak 8 jenis, dimana hasil tersebut empat kali lebih banyak dibanding hasil tahun 2003 sebanyak 2 jenis.

Aksesibilitas

Kabupaten Malaka merupakan pengembangan dari kabupaten induk yaitu Kabupaten Belu pada tahun 2013 sehingga akses jalan saat ini relatif semakin baik. Namun baiknya akses jalan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat tentunya berbanding terbalik terhadap kawasan. Dimana semakin mudah kawasan tersebut dijangkau maka semakin rawan terhadap gangguan sehingga membutuhkan kerjasama semua pihak dalam menjaga keberadaan Cagar Alam Hutan Bakau Maubesi. Akses dari Kupang menuju Betun (Kab. Malaka) sebagian besar cukup baik berupa jalan aspal hot mix walaupun dibeberapa titik masih terdapat kerusakan dikarenakan longsor maupun belum dilakukan perbaikan dengan waktu tempuh kurang lebih 6 s/d 7 jam.

Geologi

Kawasan CA. Hutan Bakau Maubesi yang merupakan teluk kecil sehingga memiliki kontur yang relatif landai dengan ketinggian tempat sekitar 0-25 mdpl dengan kelerengan 8-15%. Berdasarkan peta Geologi Indonesia skala 1:2.000.000, formasi geologi kawasan tersebut termasuk pada Formasi Suai.
Cagar Alam Lain