Instagram
Tiktok
Twitter
YouTube
Whatsapp
Facebook
- PROFIL

Taman Wisata Alam Ruteng

  Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur

Sejarah

Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng secara administratif berada di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur.Secara geografis berada pada koordinat antara 8°30’ - 8°42’ LS dan 120°15’ - 120°50’ BT.  Memiliki luas 32.245,6 hektar, membujur dari arah timur ke barat yang berjarak sekitar 15 km dari pantai selatan dan 35 km dari pantai utara. Batas administratif TWA Ruteng adalah:
  • Sebelah timur : Desa Haju Ngendong, Desa Golo Munde, Desa Sangan Kalo, Desa Teno Mese dan Desa Sipi
  • Sebelah selatan : Desa Golo Rutuk, Desa Golo Lalong, Desa Golo Meni, Desa Benteng Riwu, Desa Gunung Liwut dan Desa Golo Meleng
  • Sebelah Barat: Desa Japang, Desa Pongkor, Desa Wewo, Desa Moco dan Desa Cumbi.
  • Sebelah Utara: Desa Poco Lia, Desa Pocong, Desa Ulu Wae, Desa Ngkiong Dora, Desa Ranamese, Desa Gompang Congkar.
Kawasan hutan Ruteng pada awalnya merupakan hutan lindung seluas 17.857,60 hektar dan hutan produksi 14,388 ha yang terletak di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Kedua kawasan tersebut berubah fungsi menjadi TWA Ruteng melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 456/KptsII/1993 tanggal 24 Agustus 1994 seluas 32.248,60 ha. Pada tanggal 27 Desember 2013 ditetapkan menjadi Kesatuan Pengelolaan Kawasan Hutan Konservasi (KPHK) Ruteng berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:SK.986/ Menhut-II/2013. 

Kondisi Ekosistem

Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng merupakan hujan pegunungan yang terdiri dari tujuh puncak , yaitu Golo Ranamese ((1790 m), Poco Nembu (2030 m), Poco Mandosawu (2350 m), Poco Ranaka (2140 m), Golo Leda (1990 m), Ponte Nao (1920 m) dan Golo Curu Numbeng (1800 m). Wilayah ini merupakan sumber hidroorologis kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Musim hujan biasanya mulai September sampai April selama ± 8 bulan. 

Flora

Suatu kegiatan koleksi tumbuhan dari daerah pegunungan Ruteng kabupaten Manggarai selama 25 tahun (1967-1992) telah didokumentasikan oleh Verheijen (1982,1984). Semua specimen telah dibuat catalog dan disimpan di Museum Leiden, Negeri Belanda. Terdapat 252 jenis tumbuhan tinggi dan tumbuhan rendah yang tercakup dalam 119 marga dan 94 suku. Suku tumbuhan yang paling banyak jumlah jenisnya adalah Euphorbiaceae dan Lauraceae.

Tipe hutan yang utama di dalam kawasan ialah hutan campuran sub-tropik (hutan basah dan hutan musiman) yang kaya akan jenis-jenis tumbuhan dan satwa. Ketinggian puncak bervariasi mulai dari 500 m sampai deng 2350 m di puncak Poco Mandasewu. Berbagai macam vegetasi yang tumbuh di kawasan telah membentuk tipe-tipe hutan yang dapat dibagi marenjadi empat kelompok besar, yaitu :
  1. Hutan Sekunder;
  2. Hutan alam dataran rendah;
  3. Hutan alam sub-pegunungan; dan
  4. Hutan alam pegunungan.
Hutan sekunder merupakan kawasan bekas perladangan penduduk yang dihutankan dengan penanaman pohon ampupu (Eucalyptus urophylla). Di samping itu dijumpai pula jenis-jenis tanaman budidaya seperti jeunjing dan kaliandra. Hutan sekunder yang banyak terdapat dipinggir kawasan yang juga merupakan daerah penyangga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sistem perhutanian.

Hutan alam dataran rendah umumnya didominasi oleh pohon nangka (Artocarpus elasticus) yang letaknya dikaki lereng selatan pegunungan. Tipe hutan seperti ini sangat terbatas baik luas maupun persebarannya. Hutan alam sub-pegunungan merupakan tipe hutan yang paling dominan di kawasan. Tipe hutan seperti ini terdapat dilereng-lereng gunung sampai ketinggian 1800 m dpl. Jenis-jenis vegetasi yang mendominasi tipe hutan ini antara lain Eugenia, Prunus, Elaecarpus dan jenis-jenis lainnya. Keunikan dari tipe hutan sub-pegunungan di kawasan ini adalah disusun oleh jenis-jenis dari family Fagaceae.

Tipe hutan lain yang terdapat di dalam kawasan yaitu hutan pegunungan dengan ketinggian antara 1900 dan 2100 m dpl. Jenis pohon yang mendominasi hutan ini adalah Podocarpus imbricatus dan Prunus arborea. Khusus untuk daerah Pocoranaka pohon-pohon dari jenis Podocarpus ini banyak dijumpai dengan diameter yang besar dan masih alami.

Fauna

Jenis-janis fauna yang ada cukup beragam, terutama jenis-jenis burung yang berbeda diantaranya termasuk ke dalam daftar binatang yang dilindungi. Jenis Fauna yang luas penyebarannya di kawasan adalah babi hutan. Termasuk dalam daftar binatang yang dilindungi dan terdapat di TWA Ruteng adalah:
  1. Alap-alap putih (Accipiter novaehollandiae);
  2. Elang Bondol (Haliastur Indus);
  3. Elang hitam (Spizatus cirrhatus);
  4. Elang Tikus (Elanus caeruleus);
  5. Alap-alap Menara (Falco moluccensis);
  6. Raja Udang Ekor Panjang (Tansiptera galatea);
  7. Kokak (Philemon buceraides);
  8. Sesap Madu (Nectarina jugularis).
Jenis mamalia besar yang terdapat di kawasan termasuk jenis mamalia Asia.Rusa timor tidak lagi ditemukan di dalam kawasan TWA Ruteng. Beberapa jenis mamalia besar yang perlu dicatat adalah:
  1. Monyet (Macaca fascicularis);
  2. Landak (Hystrix javanica);
  3. Babi hutan (Sus scrofa vitatus);
  4. Musang (Paradoxurus hermaphrodites).
Jenis-jenis yang endemik umumnya didominasi oleh jenis tikus dan kelelawar. Yang termasuk jenis baru bagi ilmu pengetahuan, yaitu tikus komodo (Komodomys) yang sebelumnya hanya ditemukan di Pulau Rinca. Jenis lainnya yang patut dicatat yaitu  :
  1. Tikus raksasa, betu (Papagomys armandvillei);
  2. Tikus Pocoranaka (Rattus hainaldi);
  3. Kelelawar Flores (Cynopterus nusatenggara).
Daftar jenis burung-burung di Kabupaten Manggarai  telah dibuat oleh beberapa pengamat burung, diantaranya Verheijen, Hartet (1897), Scmutz (1977), White and Bruce (1986). Di samping itu Universitas Cambridge, U.K. juga telah mengadakan pengamatan sistematis yang disponsori oleh Birdlife International pada tahun 1993. Paling sedikit terdapat 65 jenis burung yang tergolong ke dalam 35 suku. Beberapa jenis diantaranya yang menarik adalah :
  1. Burung Hantu kerdil (Otus alfredi) ;
  2. Gagak Flores (Corvus florensis);
  3. Engkiong (Pachycephala nudiluga);
  4. Belibis (Anas querquedula);
  5. Pecuk (Phalacrocorax melanoleucos);
  6. Kokak (Philemon buceroides).
Dari 60 species yang mempunyai daerah sebaran terbatas di Nusa Tenggara Timur 26 species diantaranya terdapat di Flores dan dari 26 species ini sejumlah 12 species telah diamati oleh tim dari Universitas Cambridge. Dari jumlah jenis burung yang tercatat secara keseluruhan untuk Flores, 35 jenis diamati di daerah Poco Ranaka.

Jenis-jenis reptilia yang telah dilaporkan umumnya terdiri dari genus ular dari family Colubridae dan Viperidae yang hanya memiliki satu species. Termasuk jenis ular berbisa yang terdapat di kawasan adalah ular hijau (Trimeresurus sp).ular senduk (Nayanaja) dan ular tanah (Vipera russelli). Jenis reptilia lainnya yaitu dari family Scincidae, Gekkonidae, dan Agamidae. Jenis-jenis amfibia yang telah berhasil ditemukan meliputi 13 jenis dan 10 diantaranya merupakan jenis-jenis baru di pulau Flores. Beberapa jenis yang perlu dicatat adalah: Cocophryne sp, Pedostides sp., Rhacophorus sp, Calluella sp. Jenis ikan di danau Ranamese umumnya didominasi oleh ikan-ikan bukan asli (eksotik) seperti ikan gurame (Oreochromis mossambica, O. nilotica), dan ikan mas (Cyprinus carpio). Jenis-jenis ini merupakan ikan-ikan yang dimakan oleh penduduk, sehingga banyak dipancing sambil berekreasi di danau.

Aksesibilitas

 Aksesibitas untuk menuju kawasan TWA Ruteng dapat dicapai dengan menggunakan jalur udara dan laut. 
  • Jalur udara ditempuh melalui Kupang menuju kota Ruteng. Apabila ditempuh melalui kota lainnya seper Labuan Bajo atau So’a maka perlu dilanjatkan dengan perjalanan darat selama 4 jam. 
  • Jalur laut ditempuh melalui Kupang Aimere dengan kapal Fery dan dilanjutkan perjalanan darat selama 2 jam atau melalui Ende dan dilanjutkan perjalanan darat selama 6 jam. 
Taman Wisata Alam Lain