Call Center.pngStop Illegal.png

 

Lokasi

Kawasan Cagar Alam (CA) Wae Wuul secara geografis terletak pada posisi  119° 48' 12.01" - 119° 51' 19.30" BT dan  8° 32' 29.55" – 8° 36' 4.14" LS.  CA Wae Wuul merupakan salah satu kawasan suaka alam dengan tipe tutupan lahan sebagian besar berupa savana dan semak belukar (75%) sedangkan sisanya berupa hutan lahan kering sekunder.

Secara administrasi Cagar Alam Wae Wuul terdapat di Desa Macang Tanggar, dan Desa Warloka; Kecamatan Komodo; Kabupaten Manggarai Barat, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara          :        Desa Macang Tanggar

Sebelah Timur          :        Desa Macang Tanggar, dan Desa Warloka

Sebelah Selatan       :        Desa Warloka

Sebelah Barat          :        Desa Macang Tanggar, dan Desa Warloka

  

Sejarah dan Dasar Hukum Kawasan

Penunjukan Kawasan CA. Wae Wuul pertama kali berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor: 32 tahun 1969 tanggal 24 Juni 1969 yaitu menetapkan Komplek Hutan Wae Wuul/Mburak seluas ± 3.000 Hektar sebagai Kawasan Suaka Alam. Selanjutnya pada tahun 1984 ditindaklanjuti dengan Surat Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 591/VI-Sek/Prog/1984 tanggal 11 April 1984 untuk menguatkan status hukum kawasan CA Wae Wuul melalui keputusan Menteri Kehutanan. Penunjukan kawasan CA. Wae Wuul dilakukan pada saat oleh Menteri Kehutanan dijabat oleh Soedjarwo melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 176/Kpts-II/1985 tanggal 7 Juli 1985. Pada tahun 1984, CA. Wae Wuul dilakukan penataan batas oleh Sub Balai Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Kupang dengan hasil berdasarkan Berita Acara Tata Batas tanggal 2 Februari 1994 seluas 1.484,84 Hektar. Sebagai akhir dari progres pengukuhan kawasan yaitu ditetapkannya suatu kawasan hutan, demikian halnya dengan CA. Wae Wuul telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 427/Kpts-II/1996 tanggal 9 Agustus 1996 dengan luasan 1.484,84 Hektar.

Adapun pertimbangan dalam penunjukan dan pengukuhan kawasan CA. Wae Wuul yaitu:

1.       Merupakan habitat satwa liar seperti Biawak Komodo dan satwa lain seperti  Rusa, Babi Hutan, Kuda Liar, dan sebagainya yang merupakan mangsa Biawak Komodo;

2.     Keberadaan satwa dan habitatnya perlu dibina kelestariannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, dan Kebudayaan.

 

Potensi Flora

Berdasarkan hasil inventarisasi ekologi di CA Wae Wuul yang dilakukan oleh BBKSDA NTT pada tahun 2017 diketahui bahwa spesies tumbuhan pada tingkat pohon yang ditemukan hanya sebanyak 9 spesies. Dari jumlah tersebut, spesies yang paling dominan adalah kesambi (Schleicera oleosa) INP 99,68% dan kodominan adalah kukung (Scoutenia ovata) INP 52,61%. Dominasi kesambi (Schleicera oleosa) mungkin disebabkan oleh penyebaran biji kesambi yang lebih luas karena bantuan satwa liar seperti burung dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Beberapa spesies pohon seperti asam hutan  (Tamarindus indica), sita (Alstonia scholaris) dan reket (Ficus trichocarpa) tidak ditemukan pada tingkat tiang, pancang dan anakan.  Tidak adanya regenerasi akan menyebabkan spesies tersebut akan mengalami kelangkaan di dalam kawasan CA Wae Wuul.

Pada tingkat tiang hanya ditemukan 4 spesies dan yang paling dominan adalah bidara (Zyziphus rotundifolia) INP 114,95%, kodominan lembur (Cassia fistula).  Tingkat dominasi yang berbeda antara tingkat pohon dan pancang menunjukkan bahwa pada masa mendatang struktur pohon yang ada di hutan tropika kering CA Wae Wuul akan berubah. Pohon kesambi (Schleicera oleosa) dan kukung (Scoutenia ovata) yang dominan akan digantikan oleh bidara  (Zyziphus rotundifolia) dan lembur (Cassia fistula).

Pada tingkat pancang tumbuhan yang mendominasi adalah kukung (Scoutenia ovata)  INP 129,94% dan kodominan puser (Mallotus phillippinensis) INP 90,61%.  Dominasi pada tingkat pancang ini berbeda dengan dominasi pada tingkat tiang namun memiliki kemiripan dengan tingkat pohon, yaitu dominasi kukung pada tingkat pancang sama dengan kodominan pada tingkat pohon (Scoutenia ovata).  Hal ini menunjukkan bahwa komposisi vegetasi pada generasi ketiga yang akan datang akan mirip dengan komposisi vegetasi saat ini karena adanya kesamaan spesies yang mendominasi. Jumlah spesies yang ditemukan pada tingkat semai/tumbuhan bawah adalah sebanyak 18 spesies. Jumlah spesies tumbuhan bawah tersebut adalah yang ditemukan di dalam hutan tropika kering pada saat pengambilan data menggunakan jalur untuk analisis vegetasi. Cukup banyaknya jumlah spesies tumbuhan bawah dibandingkan dengan jumlah spesies pada tingkat pohon, tiang dan pancang menunjukkan bahwa penutupan tajuk kurang rapat sehingga masih memungkinkan pertumbuhan anakan/tumbuhan bawah dengan baik. Spesies yang mendominasi pada tingkat semai/tumbuhan bawah adalah kukung (Scoutenia ovata) INP 49,904 dan kodominan puser (Mallotus philippinensis) INP 28,11.  Dominasi pada tingkat tumbuhan bawah ini memiliki kemiripan dengan dominasi pada tingkat pancang dan tingkat pohon yang membuktikan struktur populasi tidak banyak berubah untuk beberapa generasi. Tidak adanya pemanfaatan spesies tumbuhan di dalam hutan oleh masyarakat sekitar menyebabkan perubahan struktur dan komposisi vegetasi di CA Wae Wuul terjadi secara alami.

 

Komodo

Sebagaimana mandat penunjukan kawasan bahwa CA Wae Wuul merupakan kawasan konservasi yang berfungsi sebagai habitat satwa liar seperti Biawak Komodo dan satwa lain seperti  Rusa, Babi Hutan, Kuda Liar, dan sebagainya yang merupakan mangsa Biawak Komodo. Keberadaan satwa dan habitatnya perlu dibina kelestariannya untuk dimanfaatkan bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan, Pendidikan, dan Kebudayaan.

Monitoring satwa biawak komodo (Varanus komodoensis) mulai intensif dilaksanakan sejak tahun 2011 dimana BBKSDA NTT bersama KSP (Komodo Survival Program) melalui Perjanjian Kerjasama Penguatan Fungsi KSA dan KPA Serta Konservasi Keanekaragaman Hayati Biawak Komodo (Varanus komodoensis). Berikut data hasil monitoring komodo menggunakan metode pengambilan data CMRR (Capture Mark Release Recapture) di CA Wae Wuul sebagaimana tabel berikut.

Tabel 5. Monitoring Komodo Menggunakan Metode Pengambilan Data CMRR

No

Jenis Satwa

Luas (Ha)

Baseline Sumber Data

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

Komodo (Varanus komodoensis)

1.484,84

-

14

8

5

9

11

7

 

Rusa Timor

Luas total CA Wae Wuul adalah 1484,84 ha sedangkan wilayah unit contoh yang diinventarisasi adalah seluas 20 ha, maka intensitas sampling (f) sebesar 1,35%.  Dalam kegiatan inventarisasi ini wilayah unit contoh hanya pada wilayah savana dan jumlah rusa yang ditemukan secara langsung pada unit contoh adalah sebanyak 9 ekor.

Berdasarkan hasil perhitungan, kisaran ukuran populasi pada seluruh areal yang diteliti adalah 668,178 ± 53,9 ekor. Kecilnya jumlah populasi rusa timor (Rusa timorensis) di wilayah CA Wae Wuul kemungkinan disebabkan oleh adanya perburuan menggunakan senjata api di dalam kawasan.  Menurut petugas resort aktivitas perburuan acap kali terjadi pada malam hari dan dilakukan dengan cepat menggunakan kendaraan dan peralatan yang lengkap sehingga sulit untuk dilakukan penangkapan oleh petugas.

 

Burung

Jumlah spesies burung yang ditemukan selama kegiatan adalah sebanyak 22 spesies dalam 16 famili.  Spesies burung yang umum ditemukan di CA Wae Wuul adalah tekukur biasa (Streptopelia chinensis) yang ditemukan pada 17 titik pengamatan dengan kepadatan sebesar 42,1 ekor per hektar.  Burung ini dapat dengan mudah ditemukan bertengger di pohon asam dan johar.  Spesies kedua yang memiliki kepadatan tertinggi adalah kancilan emas  (Pachycephala pectoralis) dengan kepadatan sebesar 28,95 ekor per hektar. Spesies burung yang memiliki kepadatan rendah namun mudah untuk diketahui keberadaannya kancilan flores (Pachycephala nudigula) dengan kepadatan hanya sebesar 2,63 ekor per hektar.

 

Satwa Lainnya

Selain melakukan pengamatan pada satwa Komodo, Rusa Timor dan Burung, terdapat pula satwa yang terpantau selama melakukan kegiatan inventarisasi. Babi hutan (Sus Vitatus) yang merupakan satwa mangsa komodo hanya ditemukan beberapa jejak di dalam kawasan.  Mangsa komodo lainnya adalah kerbau air (Bubalus bubalis) ditemukan secara langsung dalam kegiatan pengamatan rusa sebanyak 5 ekor.  Kerbau tersebut adalah milik masyarakat yang digembalakan secara liar di dalam kawasan.  Menurut masyarakat terkadang kerbau milik mereka ditemukan mati menjadi mangsa komodo (Varanus komodoensis).  Satwa mamalia yang ditemukan langsung di dalam kawasan adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang umum ditemukan diatas pohon di dalam hutan tropika kering.

 

Potensi Air

Pengukuran debit air dilakukan pada mata air dan sungai di dalam kawasan CA Wae Wuul.  Pengukuran pada mata air dilakukan pada 3 mata air di dalam kawasan, yaitu Wae Mata, Wae Wuul dan Wae Cerek (Tabel 8).  Debit air di mata air sangat kecil hanya berkisar 0,03 s/d 0,05 liter per detik.  Kecilnya debit air ini disebabkan oleh rendahnya curah hujan dan sempitnya luasan hutan tropika kering yang ada di CA Wae Wuul.

Pengukuran debit air pada wilayah sungai dilakukan pada 4 sungai yang ada di dalam kawasan CA Wae Wuul, yaitu Wae Mata, Wae Wuul, Wae Cerek dan Wae Wangka.  Keempat sungai tersebut merupakan sungai musiman yang hanya berair pada musim hujan.  Kegiatan pengukuran yang dilakukan pada bulan Mei 2017 menunjukkan debit sungai yang tidak terlalu besar berkisar antara 7,62 s/d 135,73 liter per detik.  Masih adanya debit air karena masih adanya hujan pada bulan Mei. 

 

Tipe Ekosistem

Cagar Alam Wae Wuul merupakan kawasan konservasi di bagian paling barat Pulau Flores yang sebagian besar (±75%) kawasannya berupa savana dan semak belukar (75%) sedangkan sisanya berupa hutan lahan kering sekunder. Menurut A.G. Tansley (1935) pengertian ekosistem yaitu suatu unit ekologi (an ecological unit) yang didalamnya terdapat struktur dan fungsi. Struktur yang dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan keanekaragaman spesies (species diversity). Sedangkan Woodbury (1954) mendefinisikan Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks di dalamnya terdapat habitat, tumbuhan dan binatang yang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi. Pengertian lebih ringkas dikemukakan oleh Odum (1993), Ekosistem adalah unit fungsional dasar dalam ekologi yang di dalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan biotik dan abiotik) dan di antara keduanya saling memengaruhi. Adapun berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Tipe ekosistem yang ada di CA Wae Wuul merupakan tipe ekosistem padang rumput dengan ciri-ciri:

·         Berada di daerah tropis

·         Curah hujan rendah antara 90-150 cm/th

·         Penguapan tinggi

·         Sering terjadi kekeringan parah

·         Didominasi hewan herbivora dan carnivora

·         Tanah tidak mampu menyimpan air dengan baik

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, ekosistem hutan tropis dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah sebagai berikut :

·         Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 0-1000 m dari permukaan laut;

·         Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 1000-3300 m dari permukaan laut;

·         Zona 3 dinamakan hutan hujan atas, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 3300-4100 m dari permukaan laut.

Dikarenakan ketinggian kawasan SM Ale Aisio yang kurang dari 1000 mdpl, maka kawasan tersebut masuk dalam zona hutan hujan bawah.

 

Aksesibilitas Kawasan

Cagar Alam Wae Wuul terletak di bagian barat Pulau Flores, yaitu di Kabupaten Manggarai Barat. Berada di sebelah Barat Daya Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat, Labuan Bajo kurang lebih 14 Km. Kota Labuan Bajo merupakan kota yang sudah sangat terkenal sebagai lokasi wisata berskala internasional yaitu Taman Nasional Komodo yang terkenal dengan satwa Biawak Komodo-nya.

Demikian halnya dengan Cagar Alam Wae Wuul juga salah satu habitat Komodo yang ada di Pulau Flores, untuk menuju kawasan CA Wae Wuul dapat ditempuh melalui jalur laut maupun jalur darat. Apabila menggunakan jalur laut dapat menggunakan perahu penumpang maupun sewa dari Labuan Bajo ke Desa Warloka dengan waktu tempuh antara 90-120 menit. Sedangkan apabila menggunakan jalur darat dapat kendaraan pribadi maupun penumpang dari Labuan Bajo ke Desa Warloka dengan waktu tempuh 2-2,5 jam karena kondisi jalan yang buruk.

 

Iklim

Iklim merupakan gabungan dari berbagai kondisi cuaca sehari-hari, atau dapat juga dikatakan bahwa iklim merupakan rata-rata cuaca dalam waktu yang lama. Unsur iklim yang berpengaruh terhadap karakteristik suatu wilayah adalah curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan angin, penyinaran matahari dan evaporasi. Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson (1954), khususnya Kecamatan Komodo memiliki tipe F dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari – April, sedangkan curah hujan terkecil pada bulan Mei – Desember, bahkan pada periode ini terjadi kemarau panjang.

Temperatur udara pada bulan Januari 2015 s/d Desember 2016, yaitu temperatur udara maksimum pada bulan November sebesar 35,40C dan minimum pada bulan Juni. 

 

Topografi dan Geologi

Pada umumnya keadaan topografi Cagar Alam Wae Wuul didominasi oleh bukit-bukit yang landai hingga curam diatas batuan karang dengan ketinggian 100 - 1500 mdpl. Gunung tertinggi yakni gunung Kemu (1500 mdpl) dan terletak dibagian utara kawasan, Golo Banggang (1100 mdpl), Ta’al Balo (1000 mdpl), Golo Kimang (1000 mdpl) dan Golo Gotar 500 mdpl). Berdasarkan peta Geologi Indonesia skala 1:2.000.000, formasi geologi di kawasan CA Wae Wuul berupa Formasi Batuan Gunung Api.

 

Tanah

Berdasarkan peta tanah bagan Indonesia skala 1: 1.250.000 (Lembaga Penelitian Tanah Bogor, 1968), Jenis tanah yang berada di sekitar CA Wae Wuul adalah Kambisol Distrik, Kambisol Ustik, dan Regosol Distrik.

 

Hidrologi

Terdapat 4 (empat) sungai yang ada di dalam kawasan CA Wae Wuul, yaitu Mata Wae, Wae Wuul, Wae Cerek dan Wae Bangka. Keempat sungai tersebut merupakan sungai musiman yang hanya berair pada musim hujan. Sungai-sungai di bagian utara dan timur laut mengalir ke sungai Nanga Nae sebelah selatan Labuan Bajo dan di bagian timur ke Laut Flores. Sungai-sungai kecil terpengaruh musim dan hanya berair bila terjadi hujan.

 

Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Pemanfaatan tumbuhan obat sebanyak 63 spesies (data terlampir) terutama diambil dari dalam kebun karena hutan jaraknya relatif lebih jauh dari pemukiman.  Untuk mengobati penyakit yang sudah umum diderita seperti malaria, masyarakat menggunakan sambiloto yang tumbuh di sekitar  tempat tinggalnya. Pengobatan dengan cara merebus kulit pohon sebesar ibu jari orang yang sakit dengan air sebanyak 3 gelas sampai menjadi 1 gelas.

 

Penggembalaan Ternak

Kegiatan di dalam kawasan yang memiliki dampak negatif paling besar adalah penggembalaan kerbau di dalam kawasan. Kepemilikan kerbau dengan cara penandaan memotong telinga saat kerbau masih berumur di bawah satu bulan.  Penghasilan paling banyak didapatkan dari sawah.  Kerbau dijual pada pedagang pengepul yang datang ke desa seharga 10 juta rupiah per ekor yang umumnya dibawa ke Sulawesi.

Masyarakat umumnya belum mengerti atau menyadari fungsi hutan bagi kehidupan sehari-hari.  Masyarakat baru menyadari fungsi hutan secara langsung ketika diingatkan pada kepemilikan kerbau yang digembalakan secara liar di dalam hutan CA Wae Wuul. Menurut masyarakat petugas tidak melarang penggembalaan kerbau dengan syarat apabila masuk hutan tidak membawa  anjing dan membuat api dan apabila kerbau dimakan dimakan komodo maka merupakan resiko pemilik kerbau. Menurut masyarakat aturan ini berlaku sejak Wae Wuul masih bergabung dengan taman nasional.