Call Center.pngStop Illegal.png

 

Lokasi

Wilayah Suaka Margasatwa (SM) Ale Aisio secara administrasi pemerintahan termasuk ke dalam Kecamatan Amanuban Selatan (meliputi 5 desa: Desa Batnun, Desa Oekiu, Desa Nuemuke, Desa Bena dan Desa Oebelo) dan Kecamatan Kualin (meliputi 2 desa: Desa Toineke dan Desa Kiufatu), Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Secara astronomis terletak pada 10° 4' 1.84" LS - 10° 8' 22.75" LS dan 124° 15' 37.28" BT dan 124° 23' 0.40" BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut:

Ø    Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kiubaat, Desa Fatutnana dan Desa Nunusunu;

Ø    Bagian Selatan berbatasan dengan Laut Timor;

Ø    Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pollo dan Laut Timor;

Ø    Bagian Timur Berbatasan dengan Desa Kualin dan Desa Tuafanu.

 

Sejarah Kawasan

Kawasan SM Ale Aisio pada awalnya ditunjuk sebagai kawasan konservasi dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 89/Kpts-II/1983 tanggal 2 Desember 1983 dengan luasan 5.918 Hektar. Selanjutnya pada tahun 1997 dilakukan Tata Batas dan sudah temu gelang berdasarkan Berita Acara Tata Batas (BATB) tanggal 15 Maret 1997 dengan jumlah pal batas sebanyak 440 pal,  panjang batas 45,3 Km dan luas 5.601,10 Ha.  Pada tahun 2014 terbit dasar hukum terbaru yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada tahu yang sama kawasan SM Ale Aisio ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.6424/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 22 Oktober 2014 tentang Penetapan Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Ale Aisio (RTK.190) Seluas 5.432,08 Hektar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan terbitnya keputusan penetapan tersebut, maka progres pengukuhan kawasan hutan SM Ale Aisio telah selesai.

PotensiFlora

Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan ini di anta­ranya adalah Asam (Tamarindus indica), Jati (Tectona grandis), Kayu merah/Angsana (Pterocarpus indicus), Kesambi (Schleichera oleosa), Lontar (Borassus flabellifer), Beringin (Ficus sp), Jambu hutan (Eugenia sp), Ampupu (Eucalyptus urophylla), Kabesak (Vachellia nilotica) dan Pilang (Vachellia leucophloea).

 

Potensi Fauna

Jenis-jenis satwa yang dite­mukan di kawasan ini adalah Rusa timor (Rusa timorensis), Babi hutan (Sus vitatus), Kuskus (Phalanger sp), Biawak timor (Varanus timorensis), Ular sanca timor (Phyton timorien­sis), Ayam hutan (Gallus gallus), Perkici dada kuning (Trichoglossus haematodus), dan Kakatua putih kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea). Beberapa jenis satwa tersebut khususnya Rusa timor merupakan salah satu pertimbangan dalam penunjukan kawasan ini sebagai salah satu Suaka Marga­satwa di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

 

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)Asam

Potensi Asam di SM Ale Aisio banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tambahan penghasilan selain pekerjaan pokok mereka. Berdasarkan data dari website pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Selatan yang diakses pada tanggal 2 Mei 2016, potensi Asam Kabupaten TTS tahun 2011 sebesar 1.693,70 Ton. Adapun daerah penghasil asam terbesar di Kabupaten TTS berada di Kecamatan Kualin, Kecamatan Kolbano, Kecamatan Boking, Kecamatan Toianas, Kecamatan Amanuban Selatan, Kecamatan Mollo Utara, Kecamatan Mollo Tengah dan Mollo Barat.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)Madu

Selain asam, di SM Ale Aisio terdapat juga potensi madu yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar dimana waktu panen dilakukan sekali setahun. Mengingat masih tingginya adat istiadat yang ada di masyarakat, maka sebelum melakukan pengambilan madu dilakukan ritual adat terlebih dahulu.

Salah satu hal yang ditekankan selama pengambilan madu, bahwa setiap pohon hanya diperbolehkan dipanen/diambil madunya sekali setiap tahun serta tidak boleh diambil seluruhnya. Apabila dilihat dari segi konservasi maka aturan tersebut sangat baik sehingga sarang lebah yang ada akan terus menghasilkan madu karena tidak seluruh sarang diambil/dipanen.

 

Tipe Ekosistem

Berdasarkan tipenya, kawasan SM Ale Aisio masuk dalam tipe ekosistem daratan hutan hujan tropis dengan ciri-ciri antara lain:

·                 Lokasinya berada di daerah tropis;

·                 Curah hujan berkisar antara 1.750 – 2.000 mm per tahun, sehingga dilengkapi pula dengan ekosistem air tawar;

·                 Memiliki kanopi atau lapisan-lapisan cabang pohon yang terbentuk oleh rapatnya vegetasi pepohonan;

·                 Memiliki tingkat keragaman biota yang sangat tinggi (biodiversity);

·                 Hubungan simbiotik antar spesies seringkali bekerja bersama;

·                 Dominasi vegetasi meliputi tumbuhan berkayu (perpohonan), tumbuhan berbatang kurus (tidak banyak cabang).

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, ekosistem hutan tropis dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah sebagai berikut :

·                 Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 0-1000 m dari permukaan laut;

·                 Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 1000-3300 m dari permukaan laut;

·                 Zona 3 dinamakan hutan hujan atas, Hal ini dikarenakan terletak pada daerah dengan ketinggian 3300-4100 m dari permukaan laut.

Dikarenakan ketinggian kawasan SM Ale Aisio yang kurang dari 1000 mdpl, maka kawasan tersebut masuk dalam zona hutan hujan bawah.

 

A.              Aksesibilitas

Untuk mengunjungi Suaka Margasatwa Ale Aisio dapat menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dengan rute Kupang–Bena, apabila menggunakan kendaraan umum watu tempuh antara 2-3 jam sedangkan apabila menggunakan kendaraan pribadi waktu tempuh antara 1,5-2 jam dengan rute.

 

Jenis Tanah, Batuan dan Topografi

Berdasarkan data Geologi Region Phisical Planning Project on Transmigration (RePPProT) tahun 1989, jenis tanah di kawasan SM Ale Aisio terdiri dari jenis tanah Alluvial, Kambisol Distrik, Kambisol Eutrik, Kambisol Ustik dan Renzina. Sedangkan formasi batuan penyusun di kawasan SM Ale Aisio terdiri dari Formasi Bari (Atambua), Formasi Ofu, Aluvial, Batugamping Koral dan Formasi Batuputih. Kawasan SM Ale Aisio memiliki beragam tipe topografi mulai dari topografi landai dibagian timur kawasan (Aisio) hingga topografi curam di bagian barat kawasan (Ale). Adapun ketingian wilayah SM Ale Aisio berkisar antara 10 sampai dengan 265 mdpl dengan kelerengan antara 8% sampai dengan 50%.

 

Iklim

Kondisi iklim di wilayah SM Ale Aisio sebagaimana halnya seperti sebagian besar wilayah di NTT adalah iklim tropis bersifat tropis dimana curah hujan bervariasi antara 1.000 – 1.250 mm per tahun dan 1.000 – 2.000 mm per tahun. Sebaran volume dan intensitas hujan tidak merata yaitu di wilayah bagian barat dan bagian utara curah hujannya relatif tinggi, kemudian wilayah bagian tengah relatif sedang dan makin ke wilayah timur dan selatan semakin berkurang. Musim hujan berkisar selama 4 bulan yaitu pada bulan Nopember – Februari, sedangkan 8 bulan lainnya yaitu bulan Maret-Oktober merupakan musim kemarau (Lakip pemkab Timor Tengah Selatan Tahun 2013).

 

Hidrologi

Masyarakat pada umumnya menyebut kawsan SM Ale Aisio dengan Hutan Ale dan Hutan Aisio, hal tersebut dikarenakan kawasan tersebut dipisahkan oleh sungai besar yang membelah kawasan yaitu Sungai Muke dengan lebar antara 50-260 meter. Sungai Muke bersifat semi musiman, dikarenakan debit air sungai semakin kecil pada musim kemarau, namun pada musim penghujan debit air sungai sangat besar bahkan dapat menyebabkan bencana bajir yang berdampak pada pemukiman sekitar sungai.

 

Sejarah Kabupaten Timor Tengah Selatan

Kabupaten Timor Tengah Selatan dibentuk pada tahun 1958 dengan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang pembentukan daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan meliputi wilayah bekas Onder of Deeling Zuid Midden Timor yang membawahi 3 swapraja yaitu:

Swapraja Mollo (Oenam) meliputi 6 kefetoran, yaitu:

1)              Kefetoran Mutis

2)              Kefetoran Nunbena

3)              Kefetoran Paeneno

4)              Kefetoran Netpala

5)              Kefetoran Bijeli

6)              Kefetoran Besana

Swapraja Amanuban (Banam) meliputi 6 Kefetoran, yaitu:

1)              Kefetoran Noebunu

2)              Kefetoran Noe Hombet

3)              Kefetoran Noeliu

4)              Kefetoran Noemuke

5)              Kefetoran Noebeba

6)              Kefetoran Noemeto

Swapraja Amanatun (Onam) meliputi 4 Kefetoran yaitu:

1)              Kefetoran Noebone

2)              Kefetoran Noebana

3)              Kefetoran Noemanumuti

4)              Kefetoran Noebokong

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/2 tanggal 28 Februari 1962 tentang pembentukan kecamatan di Daerah Swantantra Tingkat I Nusa Tenggara Timur yang kemudian diubah dengan SK Gubernur KDH Tk I Nusa Tenggara Timur Nomor Pem.66/1/33 tanggal 9 Juni 1962, maka terbentuklah 64 buah kecamatan di seluruh Propinsi Nusa Tenggara Timur dan secara de facto swapraja-swapraja dihapuskan (BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan Dalam Angka 2015).

 

Kependudukan

Secara administrasi kawasan SM Ale Aisio berada di Kecamatan Amanuban Selatan (meliputi 5 desa: Desa Batnun, Desa Oekiu, Desa Nuemuke, Desa Bena dan Desa Oebelo) dan Kecamatan Kualin (meliputi 2 desa: Desa Toineke dan Desa Kiufatu), Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Amanuban Selatan sebanyak 24.659 Jiwa yang terdiri dari 12.406 laki-laki dan 12.253 perempuan. Dengan luas wilayah mencapai 326,01 Km2 (8,24%) maka kepadatan penduduk di Kecamatan Amanuban Selatan sebesar 76 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk di Kecamatan Kualin sebanyak 21.476Jiwa yang terdiri dari 10.771 laki-laki dan 10.705 perempuan. Dengan luas wilayah mencapai 195,84 Km2 (4,95%) maka kepadatan penduduk di Kecamatan Kualin sebesar 114 jiwa/km2.

 

Ekonomi

Berdasarkan data yang bersumber dari BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2015, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Timor Tengah Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2014 sebesar Rp. 4,9 Milyar, dimana hampir separuhnya sebesar 2,2 Milyar (46,32%) berasal dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Terbesar kedua berasal dari sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar Rp. 643 juta (13,02%). Adapun sektor lainnya yang juga turut mempengaruhi diantaranya sektor Kontruksi 8,06%; sektor Informasi dan Komunikasi 7,27%; sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6,45% dan sektor Jasa Pendidikan 6,08%.

Besarnya pengaruh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan terhadap PDRB menunjukkan bahwa kabupaten TTS salah satu fokus pemerintahan di bidang agraris. Hal tersebut perlu mendapat perhatian karena ketiga sektor tersebut membutuhkan lahan yang cukup luas, mengingat semakin semakin tinggi target produksi maka semakin luas lahan yang dibutuhkan serta semakin tinggi tehnologi yang diperlukan.

 

Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat suatu wilayah merupakan salah satu unsur penting yang dapat mendukung pembangunan di wilayah tersebut. Berdasarkan data yang diolah dari BPS Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kecamatan Amanuban Selatan Dalam Angka 2015 dan Kecamatan Kualin Dalam Angka 2015, di kedua kecamatan tersebut terdapat 45 SD, 15 SMP dan 7 SMA maupun SMK.

 

Adapun jumlah guru dan murid jika dirinci dari setiap jenjang pendidikan terdiri dari: SD jumlah guru 486 orang sedangkan jumlah murid 8.886 orang; SMP jumlah guru 187 orang sedangkan jumlah murid 2.681 orang dan SMA/SMK jumlah guru 133 orang sedangkan jumlah murid 1.307 orang.