Call Center.pngStop Illegal.png

Letak Kawasan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur, TWA Gugus Pulau Teluk Maumere memiliki luas ± 71.956,74 Ha. Secara geografisnya, TWA Gugus Pulau Teluk Maumere terletak pada posisi 8°5'50.57" - 8°38'14.89"LS dan 122°5'10.67" - 122°32'20.25"BT.

Secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Alor, Kecamatan Alor Timur, Kecamatan Kewapante, Kecamatan Waigete dan Kecamatan Talibura di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur sedangkan administrasi pengelolaan berada di resort Maumere , Seksi Konservasi Wilayah IV Maumere, Bidang KSDA Wilayah II Ruteng pada Balai Besar KSDA NTT.

 

Sejarah Kawasan

Sebagian kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere pada mulanya merupakan kawasan hutan lindung Pulau Besar seluas ± 3.000 hektar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 89/Kpts-II/1983 tanggal 2 Desember 1983. Kemudian dengan memperhatikan Surat Gubernur Nusa Tenggara Timur nomor: 478/298-1KLH/86 tanggal 4 Juli1986, kawasan hutan lindung Pulau Besar dirubah fungsinya menjadi taman wisata dan menunjuk Gugus Pulau Teluk Maumere beserta perairan laut sekitarnya sebagai taman wisata laut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: 126/Kpts-II/87 tanggal 21 April 1987 tentang perubahan status hutan lindung Pulau Besar menjadi taman wisata dan penunjukan Gugus Pulau Teluk Maumere sebagai taman wisata laut. Adapun pertimbangan perubahan status dan penunjukan kawasan tersebut yaitu bahwa kawasan hutan lindung di Pulau Besar mencakup beberapa tipe vegetasi hutan yaitu hutan mangrove, hutan pantai, savana, dan hutan dataran tinggi yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai taman wisata. Selain itu juga bahwa Gugus Pulau Teluk Maumere dan perairan laut sekitarnya memiliki keindahan alam yang sangat indah, sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi taman wisata.

Dalam rangka memantapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) sebagai acuan dan pedoman tunggal pemanfaatan ruang di daerah, maka dilakukan penetapan hasil paduserasi antara RTRWP dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Paduserasi antara RTRWP dan TGHK ditetapkan berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 64 Tahun 1996 tentang Penetapan Hasil Paduserasi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Pada keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur tersebut terdapat lampiran berupa tabel rekapitulasi luas kawasan hutan yang salah satunya di Kabupaten Sikka terdapat kawasan konservasi dengan fungsi Tawan Wisata (TW) yaitu Pulau Besar (4.100 Ha), Pulau Babi (452,58 Ha), dan Pulau Dambila (497,73 Ha) serta dengan fungsi Taman Wisata Alam (TWA) yaitu Gugus Pulau Teluk Maumere seluas 50.000 hektar.

Menindak lanjuti hasil paduserasi kawasan hutan pada RTRWP maka dikeluarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan nomor: 423/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas 1.809.990 hektar, dimana termasuk didalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere. Dalam rangka menjamin kepastian hukum dan status kawasan, maka pada tahun 2014 dan 2016 dikeluarkan keputusan menteri yang didalamnya termasuk kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere seluas 71.956,74 hektar yaitu Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor: SK.3911/MENHUT-VII/KUH/2014 tanggal 14 Mei 2014 dan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor: SK.357/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2016 tanggal 11 Mei 2016. Salah satu pertimbangan yang menjadi alasan penunjukkan menjadi TWA Gugus PulauTeluk Maumere adalah tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, savana, dan hutan dataran tinggi di Pulau Besar yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai taman wisata, serta keadaan alam gugus pulau teluk maumere yang sangat indah sehingga memungkinkan untuk dikembangkan menjadi taman wisata laut

 

Potensi Kawasan

TWA Gugus Pulau Teluk Mumere memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi mulai dari tipe ekosistem pesisir dan ekosistem daratan pulau-pulau kecil yang ada di dalamnya dengan keragaman jenis spesies baik satwa maupun tumbuhan maupun di wilayah lautnya.

a.   Mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai, tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut dan komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas tinggi. TWA Gugus Pulau Teluk Mumere memiliki hutan mangrove dengan kondisi yang cukup bagus. Berdasarkan hasil inventarisasi Mangrove yang dilakukan Balai Besar KSDANTT tahun 2010 komposisi jenis vegetasi penyusun komunitas hutan mangrove di TWA Gugus Pulau Teluk Mumere terdiri dari 16 (enam belas) spesies yang terbagi dalam 8 (delapan) famili dengan 9 spesies diantaranya termasuk mangrove sejati (komponen utama), 4 spesies termasuk komponen tambahan mangrove dan 3 spesies termasuk dalam asosiasi mangrove. Jenis tersebut antara lain Soneratia alba, Rhizophora apiculata, Pemphis acidula, dan Avicenialanata.

 

b.   Lamun 

Lamun didefinisikan sebagai satu - satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Spesies yang dapat ditemui di wilayah TWA Gugus Pulau Teluk Mumere sebanyak 8 spesies yaitu: Enhalus acoroides, Halophilla ovalis, Halophila decipiens, Thalasia hempricii (dari suku Hydrocharitaceae),Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, dan Thalasia hemprichi (dari suku Potamogetonaceae) (BBKSDA NTT 2010).

 

c.   Terumbu Karang      

Terumbu karang terbentuk dari endapan - endapan massif kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum cnidaria, ordo schlerectinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxanthellae dan alga berkapur serta organisme lain yang mensekresi kalsium karbonat. Persentase penutupan karang hidup (hard coral) di Taman Wisata Alam Teluk Maumere pada kedalaman 3 - 5 meter dpl adalah sebesar 15,33%. Penutupan karang yang mendominasi adalah dari pecahan karang (rubble) dan pasir sebesar 65,58%. Rendahnya persen penutupan pada penelitian ini mungkin disebabkan oleh lokasi sampel yang diambil belum menyeluruh di kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Mumere. Spesies karang yang tercatat pada penelitian di TWA Gugus Pulau Teluk Maumere ini adalah sebanyak 24 jenis karang yang termasuk hard coral. Spesies terbanyak merupakan spesies dari famili Acroporidae sebanyak 7 spesies (BBKSDA NTT 2010).

Penelitian LIPI pada 15 (lima belas) stasiun pengamatan permanendi wilayah Kabupaten Sikka termasuk di dalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Mumere pada tahun 2006, 2007 dan 2009 pada beberapa indikator diantaranya Dead Coral Algae (DCA), Flesshy Seaweed (FS), Other (OT) dan Live Coral (LC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase tutupan DCA yang signifikan sejak tahun 2006, 2007 dan 2009. Adapun rata - rata persentase tutupan FS berkurang secara signifikan dari tahun 2006 ke tahun 2007, sedangkan dari tahun 2007 ke tahun 2009 tidak berbeda nyata. Tidak berbeda dengan OT, dimana rata-rata persentase tutupan OT mengalami peningkatan dan penurunan selama tiga tahun pengamatan, dimana terjadi peningkatan tutupan OT dari tahun 2006 ketahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009. Hasil pengamatan pada LC terjadi penurunan persentase tutup anantara tahun 2006 sebesar 17,58 ± 2,72%, tahun 2007 sebesar 17,50 ± 2,85% dan tahun 2009 sebesar 13,41 ± 2,54% (Manuputty dan Salatalohi, 2009).

 

d.   Ikan Karang    

Hasil penelitian ikan karang yang dilakukan di wilayah KabupatenSikka termasuk di dalamnya kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Mumere telah dilakukan mulai tahun 2006, 2007 dan 2009 dimana dilakukan pengambilan data pada 15 stasiun transek permanen dengan menggunakan metode "Underwater Fish Visual Census" (UVC).

Hasil "UVC" pada tahun 2009 diperoleh sejumlah 262 jenis ikan karang yang termasuk dalam 39 suku, dengan nilai kelimpahan ikan karang sebesar 9.053 individu. Total ikan indikator 691 individu, ikan target 1.681 individu dan ikan major 6.681 individu.

Dominasi jenis dari kelompok ikan major, dengan jumlah kelimpahan tertinggi (> 500 individu). Jenis Pseudanthias huchtii merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi sebanyak 910 individu, diikuti jenis Pseudanthias squamipinnis sebanyak 685 individu, Cirrhilabrus cyanopleura sebanyak 623 individu. Dominasi jenis dari kelompok ikan target kelimpahan tertinggi ditemukan pada jenis Pterocaesio tile sebanyak 200 individu, jenis Pterocaesio pisang sebanyak 100 individu, Jenis Parupeneus multifasciatus sebanyak 89 individu, jenis Naso thynnoides sebanyak 60 individu. Dominasi jenis dari kelompok ikan indikator kelimpahan tertinggi ditemukan pada jenis Chromis ternatensis sebanyak 200 individu, jenis Chaetodon kleini sebanyak 64 individu dan jenis Chaetodon vagabundus sebanyak 28 individu (Manuputty dan Salatalohi, 2009).

 

Potensi Wisata Alam

Wilayah TWA Gugus Pulau Teluk Mumere memiliki potensi wisataalam yang menarik untuk dikembangkan. Informasi wisata alam pada beberapa lokasi tersebut, yaitu:

1.   Obyek Wisata Alam Bawah Laut 

Potensi fisik dan biota laut dengan keragaman jenis ikan hias danterumbu karang yang indah, sangat potensial dikembangkan untuk kegiatan snorkeling dan scubadiving.

 

2.   Fenomena Alam

Fenomena alam yang terdapat di wilayahTeluk Maumere adalah danau air asin di Pulau Sukun. Danau yang airnya berasa asin ini merupakan fenomena alam yang unik dan khas yang mempunyai daya tarik tersendiri sebagai obyek wisata alam.

 

Fasilitas Yang Tersedia

Kantor resort, 1 unit peralatan selam dan 1 unit motor patroli

 

Aksesibilitas ke Kawasan

Kawasan TWA Gugus Pulau Teluk Maumere merupakan kawasan konservasi perairan yang terletak Pulau Flores tepatnya di Kabupaten Sikka,Provinsi Nusa Tenggara Timur. Untuk menuju kawasan ini dapat ditempuh melalui jalur darat, laut, maupun udara, dengan rute sebagai berikut:

a.   Jalur Darat: 

Jalur darat dapat dimulai dari Surabaya ke Maumere dengan jarak tempuh ± 1.731 Km serta dengan waktu tempuh 47 jam nonstop, melewati 4 pulau menggunakan kapal fery penyebrangan, dengan rute sebagai berikut: Surabaya – Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Gilimanuk (P.Bali) –  Pelabuhan Padang Bai (P.Bali) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Lembar (P.Lombok) – Pelabuhan Kayangan (P.Lombok) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Poto Tano (P.Sumbawa) – Bima – Pelabuhan Sape (P.Sumbawa) – Naik Fery Penyebrangan – Pelabuhan Labuan Bajo (P.Flores) – Labuan Bajo – Ruteng – Bajawa – Ende – Maumere – TWA Gugus Pulau Teluk Maumere.

 

b.   Jalur Laut: 

Jalur laut menggunakan kapal pelni maupun kapal roro, apabila dimulai dari Surabaya maka pelabuhan pertama adalah Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya dan pelabuhan akhir adalah Pelabuhan Lorens Say, Maumere. Adapun jadwal kapal dari Surabaya ke Mumere hampir setiap minggu ada,baik kapal pelni maupun kapal roro, untuk selanjutnya dapat di lanjutkan menggunakan perahu maupun kapal fery penyebrangan menuju TWA Gugus Pulau Teluk Maumere.

 

c.   Jalur Udara:  

Untuk jalur udara menuju maumere sudah cukup banyak pilihan baik yang langsung maupun transit dengan jadwal setiap hari dan berbagai tipe pesawat seperti Boeing 737, Airbus 320, ataupun ATR 72, berikut beberapa pilihan jalur udara yang tersedia:

    • Surabaya (Juanda) – Denpasar(NgurahRai) – Labuan Bajo (Komodo) – Maumere (Frans Seda).
    • Surabaya (Juanda) – Kupang (ElTari) – Maumere (Frans Seda).