Kupang, 05/12/2018-Rekreasi, atau dulu kita biasa mendengar istilah pakansi, piknik, melancong, tamasya, wisata, dan sebagainya. Meski artinya cenderung berbeda namun menyatakan tujuan yang sama. Mengapa kita butuh rekreasi? Diambil dari beberapa sumber, rekreasi banyak manfaatnya antara lain untuk mempererat hubungan keluarga dan pertemanan, sarana edukasi, membuat kenangan indah, dan melepas ketegangan/stress.
Nah, rekreasi yang cenderung murah adalah berkunjung ke obyek wisata alam. Suasananya yang alami jauh dari hingar bingar sesuai dengan manfaat rekreasi sebagaimana tersebut di atas. Lantas, mau kemana ya?
Pantai di Kupang dan sekitarnya sudah banyak. Objek yang dekat dari Kota Kupang dan bernuansa alam ya Taman Wisata Alam (TWA) Camplong jawabannya. Dengan waktu tempuh yang hanya sekitar 1 jam dari Kota Kupang dan terletak di tepi jalan Trans Timor tidak sulit untuk menemukannya.
TWA Camplong berada pada ketinggian 92-425 mdpl dengan kemiringan lahan sedang sampai landai (15°-25°). Topografinya landai, bergelombang, berbukit atau bergunung dan kondisi tanah berkapur atau mengandung karst. Lapisan tanahnya tidak dalam dengan pH berkisar 5,8-6,8.
Keberadaan TWA Camplong tidak dapat dilepaskan dari vegetasi penyusun hutannya. Nama Camplong diambil dari nama Sanaplong (beberapa sumber menyebutnya “Sanaplo”), yaitu bahasa Dawan untuk jenis pohon Calophyllum inophyllum. Menurut hikayat, pohon Sanaplong adalah induk dari pepohonan di hutan Camplong. Buah pohon ini dulunya dipakai orang Timor sebagai bahan bakar penerang. Sanaplong dan keturunannya yang telah menyusun kawasan hutan dan memberikan manfaat terutama jasa air, oleh masyarakat namanya diabadikan sebagai nama daerah Camplong.
TWA Camplong lebih terkenal karena kolam airnya, yang disebut dengan Oenaek. Oenaek atau air besar adalah sumber air andalan bagi masyarakat di sekitar TWA Camplong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pertanian.
Pepohonan yang rimbun di sekitar kolam air Oenaek menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. vegetasi hutan yang masih utuh sesuai untuk wisata alam antara lain berupa lintas alam, jelajah hutan, berkemah, pengamatan gua, dan fotografi.
Jalur trekking sepanjang 600 meter telah tersedia, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki. Sepanjang trail wisata, formasi vegetasi penyusun hutan musim, gua alam, beberapa satwa liar, dan bahkan sarang lebah madu dapat ditemui.
Pengunjung juga dapat mengamati buaya muara (Crocodylus porosus) yang berada di kolam khusus, selain mengamati satwa dan tumbuhan liar lainnya. Outlet-outlet air dari kolam tersebut berupa sungai kecil yang menjadi habitat ikan-ikan kecil akan menjadi atraksi menyenangkan bagi anak-anak.
Gua alam di sekitar kolam air Oenaek dahulu saat era kerajaan menjadi tempat pertahanan/persembunyian para meo (panglima tentara) kerajaan dari serangan musuh. Gua-gua alam di TWA Camplong juga menjadi habitat bagi beberapa satwa, misalnya ular, sehingga pengunjung perlu berhati-hati saat berada di dalamnya.
Memang masih banyak fasilitas umum yang perlu disediakan dan atau diperbaiki di TWA Camplong. Selain itu juga perlu daya tarik baru di TWA Camplong yang dapat menjadi magnet bagi wisatawan berusia muda.
Saat ini di TWA Camplong sedang dilakukan pembangunan sarana dan prasarana alam yang bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Beberapa sarana prasarana tersebut adalah gerbang dan pintu pagar. Kedepannya masih akan dilakukan pembangunan lagi meski secara bertahap, sebagai contoh adalah penataan komplek kolam Oenaek.
Pengembangan obyek wisata terlebih wisata alam memang membutuhkan anggaran dan rancangan yang tidak biasa. Oleh karenanya agar tidak membebani pengelolaan konservasi, pemerintah telah membuka kesempatan investasi bidang pengusahaan pariwisata alam melalui Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam dan Izin Usaha Pemanfaatan Sarana Wisata Alam.
©Dewi Indriasari-BBKSDA NTT
Teripang merupakan salah satu komoditas unggulan N...
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK...
Balai Besar KSDA NTT bersama Balai TN Komodo dan...
Pada tanggal 20 September 2023 lalu Balai Besar ...
Pada tanggal 17 September 2023 lalu Kepala B...
KSDAE Mengajar merupakan program kependidikan ya...
Jamur Tudung (Phallus multicolor) adalah jamu...
Senin, 29 Mei 2023, Kepala Balai Besar KSDA N...
Pada hari Selasa, tanggal 2 Mei 2023 petugas ...
Taman Wisata Alam Camplong terkenal dengan po...
Selama dua hari pada tanggal 4 – 5 November 2022, ...
Balai Besar KSDA NTT pada minggu pertama Bu...
Kupu-kupu Raja Timor atau Silver Bi...
Balai Besar KSDA NTT sebagai Korwil UPT KLHK ...
Kolam wisata Oenaek merupakan tempat wisata di K...
Pada tanggal 1-2 Februari 2023 kemarin telah di...
KSDAE Mengajar Begin! Pada 3 Februari 2023, ...
#KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Jumat, 20 Januari 2023. Kepala Balai Besar KSDA ...
Sepenggal kalimat tersebut keluar dari Ibu Myra...
Kupang, 12 Oktober 2020 Rasa syukur melingkupi ...
Kupang, 29 September 2020 Hai Kawan Konsevasi, ...
Menjelang hitungan hari, peringatan puncak Hari...
Kupang, 3 September 2020 Kamis nan mani...
Kupang, Rabu, 22 Juli 2020. Balai Besar K...
Fatumnasi, 19 Juli 2020 Pendekatan dengan...
Kupang, 28 Mei 2020 Pada hari Kamis tanggal ...
Kupang, 5 Juli 2020 Minggu, 14 Juni 2020, BBKSD...
Kupang, 19 Juni 2019. Balai Besar KSDA N...
Enoraen, 17 Juni 2020 Bertempat di Taman Wis...
Kupang, 5 Juni 2020. Hari ini, jam 10.00-...
Maumere, 4 Juni 2020 Saat ini kita tengah...
Kupang, 1 Juni 2020 Konflik satwa liar antara bua...
Kupang, 22 Mei 2020 Pagi tadi (Jumat, 22 ...
Kupang, 24 April 2020 Hari ini, Balai Bes...
Kupang, 18 April 2020 Sabtu pagi, 18 Apri...
Kupang, 3 April 2020 Balai Besar KSDA...
Sumba, 03 Februari 2020 Unit Penanganan Satwa (...
Penyerahan santunan dari BBKSDA NTT ke keluarga ...
Lembata, 31 Januari 2020 Ah, barangkali judul di ...
Kupang, 22 Januari 2020 Peta Rencana Kerja Res...
Kepala BBKSDA NTT (kiri) dan Gubernur NTT (tenga...
Maumere, 26 November 2019 Pendidikan koservasi ...
Kupang, 15 Oktober 2019 Pada Senin ...
Kupang, 16 Oktober 2019 Pada tanggal 15 Oktober...
Kupang, 1 November 2019 Menipo, “pulau” yang se...
Identifikasi dan Pengukuran Paus Pilot Maumere...
Penyambutan Kepala Balai Besar KSDA NTT Mala...
Atambua, Agustus 2019 Presiden Republik Indone...
Maumere, 19 Juli 2019. Dalam rangka menjaga...
Persiapan Pelepasliaran Komodo di Pulau Oentolo...
Sekda Provinsi NTT beserta rombongan dan Petuga...
Pelepasliaran Sanca Timor di Hutan Egon Ilemedo ...
Kepala BBKSDA NTT (Peci Hitam) Didampingi Pejaba...
Maumere, 30 Juni 2019 Pada hari Minggu tanggal ...
Kupang, 2 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT melalu...
Kupang, 1 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT mel...
Pict. Kepala BBKSDA NTT dan Direktur WCS-IP Kup...
Pada tanggal 25 Januari 2019 Balai Besar KSDA NT...
Gubernur NTT dan Kepala BBKSDA NTT Senin, 4 Mar...
Dalam rangka Pencapaian Target Indikator Kinerj...
Penetapan kawasan Cagar Alam (CA) Mutis Timau p...
Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur diberi ama...
Torong Padang, suatu tanjung di Utara Pulau Flo...
Ekosistem blue carbon adalah ekosistem diman...
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Te...
Balai Besar KSDA NTT kedatangan seoran...
Bushcraft adalah berkegiatan di alam bebas yang...
Pada sore hari di medio bulan Desembe...
Selama ini, kita mengenal Cagar Alam (CA) Mut...
Hasil diagnostic reading permasalahan pada Ba...
Perambahan kawasan dan illegal logging TWA Ruteng ...
Konsep Perlindungan Hutan Berbasis Ekosistem P...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Bes...
Taman Wisata Alam (TWA) Tujuh Belas Pulau merup...
Kupang, 05/12/2018-Rekreasi, atau dulu kita bia...
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan ya...
Step on Flores land, it’s not only about the Kom...
Memandang deburan ombak pantai selatan yang meng...
TWAL Teluk Maumere juga dikenal dengan nama Gugu...
Eksotis, kata yang mewakili Taman Wisata Alam La...
Pameran konservasi dilaksanakan dengan tujuan un...
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa kele...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Besar...
“Awas tangannya.....” “Awas jarinya....” Kupang,...
Kupang, 26 November 2018 Balai Besar KSDA NTT mer...
Perkembangan Konservasi Penyu di TWA Menipopada...
Camplong, 14 November 2018 Pada hari Kamis, tangg...
Maumere, 09 November 2018 Seksi Konservasi Wila...
Kupang, 2 November 2018 Pada tanggal 31 Oktobe...
Maumere, 19 Oktober 2018. Balai Besar KSDA NTT m...
Kupang, 19 Oktober 2018. Dalam upaya mitigasi pe...
Soe, 27 September 2018 Sebagai Unit Pelaksana Tek...
Maubesi, 17 September 2018 Pada tanggal 6 Septe...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Dalam pengelolaan T...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Balai Besar KS...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Latar Belakang Tam...
Riung, 12 September 2018 Taman Wisata Alam Laut (...
Alor, 10 September 2018 Pada hari Senin, tangg...
Maumere, 31 Agustus 2018 Balai Besar Konservasi...
Maumere, 31 Agustus 2018 Sebagai tindak lanj...
Maumere, 28 Juni 2018 Balai Besar KSDA (BBKSDA) N...
Monitoring Penangkaran Ex-Situ Rusa Timor di Kota ...
Bari, 22 Juli 2018 Sehubungan dengan adanya inf...
Kupang, 2 Maret 2018. Sebanyak enam lembar kulit ...
Camplong, 21 Februari 2018 “Ayo bergerak bersama”...
Kupang, 16 Desember 2017. Balai Besar KSDA Nusa T...
Kupang, 28 September 2017 Dalam rangka Optimalisa...
Borong, 27 September 2017 Bertempat di Aula Dina...
Kupang, 18 September 2017 Pada hari Senin tanggal...
Kupang, 6 september 2017 BBKSDA NTT melaksanak...
Kupang, 28 Agustus 2017. Bertempat di Kantor Bala...
Kupang, 13 Agustus 2017 Gubernur NTT, Drs. Frans ...
Kupang, 13 Agustus 2017 Jelajah Sepeda Kompas 201...
Kupang, 10 Agustus 2017 Melalui Keppres Nomor 22 ...
Kupang, 4 Agustus 2017 Buaya memiliki sifat 'homi...
Kupang, Februari 2017. Hanya dalam kurun waktu ...
Kupang, 9 Mei 2017. Menindaklanjuti laporan dar...
Kupang, 19 Maret 2017. 150 ekor tukik hasil pen...