Lembata, 31 Januari 2020
Ah, barangkali judul di atas sedikit provokatif tetapi sekaligus menjadi titik balik refleksi atas kejadian traumatis nan tragis yang menimpa saudara Yohanes Suku Odel atau Jono, yang kehilangan nyawa akibat diterkam buaya di sekitar perairan Natu, Desa Mahal II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata.
Kejadian yang konon berulang dan memakan korban jiwa ini seolah diabaikan masyarakat setempat. Atau barangkali kisah mitologi yang dibangun secara historis verbal, membuat masyarakat tak berdaya mengatasi predator yang terhitung sudah menghabisi empat sampai lima nyawa manusia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Legenda yang dipercayai masyarakat Kedang di Lembata bahwa buaya adalah nenek moyang bagi ini perlu ditelisik sumber kebenarannya, mengingat kisah ini diwariskan secara verbal tanpa sebuah runutan historis yang jelas sehingga ketika binatang buas ini kembali memangsa korbannya (manusia), masyarakat seakan tak berdaya dan menerima kejadian ini sebagai "tulah" atas perbuatan sang korban atau keluarganya.
Kejadian yang menimpa Saudara Jono ini harus menjadi momentum untuk kembali melihat hubungan manusia dan lingkungan sekitar dengan menggunakan pendekatan rasional. Barangkali buaya kini kehilangan tempat tinggal serta kekurangan pakan sebagai akibat dari ulah manusia yang merambah tempat huniannya. Atau barangkali masyarakat terlanjur terpolarisasi dengan kisah mitologi (buaya = nenek moyang) sehingga kekurangan literatur untuk memahami karakteristik buaya muara (Crocodylus porosus) yang menghuni perairan sekitar Natu sampai Atenila yang konon adalah predator terbesar, terpanjang, dan terganas dibanding dengan spesies buaya lainnya.
Mencermati habitat buaya muara yang hidupnya di sungai dan laut dekat muara, seharusnya membuat masyarakat lebih waspada ketika beraktivitas di sekitar perairan Natu hingga Atenila. Selain berkarakter ganas, Buaya muara jantang cenderung hidup sendiri (soliter) dan mempunyai daerah teritori yang lebih luas dibanding betina. Buaya jenis ini sering merendam hampir seluruh badannya dalam air, tanpa mengganggu pernapasan dan penglihatannya sebab lubang hidung dan mata terletak pada sisi atas kepala.
Butuh penanganan serius dari semua elemen, baik pemerintah dalam memberi edukasi tentang karateristik buaya muara yang sangat berbahaya ini, atau melalui Badan Konservasi Budaya Alam, untuk melakukan upaya penangkaran, maupun menggunakan pendekatan kontekstual melalui para tokoh masyarakat serta tetua adat Kedang yang menyandarkan diri para prosesi ritual adat.
Buaya muara dengan statusnya namun menjadi momok bagi manusia ditunjukkan dengan berulangnya kejadian konflik di antara kedua spesies ini merupakan tantangan bagi Balai Besar KSDA NTT selaku lembaga pemerintah yang berwenang terhadap tumbuhan dan satwa liar dilindungi. Unit Penanganan Satwa (UPS) atau Wildlife Rescue Unit (WRU) yang dibentuk Balai Besar KSDA NTT adalah ujung tombak penanganan konflik satwa liar termasuk buaya dengan manusia. Kiprahnya sudah tak terbantahkan lagi dari patroli pada habitat buaya, evakuasi buaya dan satwa lainnya dari area konflik, sosialisasi satwa liar kepada masyarakat, hingga penyampaian santunan kepada keluarga korban.
Untuk peristiwa di Lembata kali ini, Balai Besar KSDA NTT menurunkan tim UPS yang beranggotakan David Mata, Fendy Bagus Susanto, Alfons Sido, dan Silvester Daton Boro. Keempatnya bersama personil SKW IV Maumere mengemban misi untuk mengevakuasi buaya di lokasi konflik, sosialisasi kepada masyarakat dan parapihak, serta menyampaikan santunan kepada keluarga korban sebagai wujud kepedulian Balai Besar KSDA NTT.
Tim UPS BBKSDA NTT bersama masyarakat
Jono, adalah refleksi atas kisah traumatis nan tragis tentang buaya, sang Nenek Moyang yang tega memisahkan cucu dari keluarga dan handai taulannya. Sejarah seyogyanya menjadi pelajaran untuk menatap masa depan yang lebih baik. Menangani konflik buaya dengan manusia membutuhkan pendekatan yang manusiawi dengan menyentuh sisi antropologi sekaligus konservasi sumber daya alam dan ekosistem, serta membutuhkan peran parapihak bersama-sama.
Selamat jalan Saudara Jono, Engkau kembali ke pangkuan Ilahi dengan cara yang berbeda, cara yang mungkin dirancang oleh-Nya, namun tak sanggup kami selami.
©HUMAS BBKSDA NTT
Penanggungjawab berita : Kepala Sub Bagian Data, Evaluasi, Pelaporan, dan Kehumasan
Rabu, 20 November 2024. Telah dilaksankan pembukaa...
Tema Sosialisasi adalah "Ngobrolin Iklim Bare...
Labuan Bajo, Balai Besar KSDA NTT, Senin, 18 Novem...
Kupang (Kamis, 14 November 2024) – Balai Besar KSD...
Halo #KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Teripang merupakan salah satu komoditas unggulan N...
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK...
Balai Besar KSDA NTT bersama Balai TN Komodo dan...
Pada tanggal 20 September 2023 lalu Balai Besar ...
Pada tanggal 17 September 2023 lalu Kepala B...
KSDAE Mengajar merupakan program kependidikan ya...
Jamur Tudung (Phallus multicolor) adalah jamu...
Senin, 29 Mei 2023, Kepala Balai Besar KSDA N...
Pada hari Selasa, tanggal 2 Mei 2023 petugas ...
Taman Wisata Alam Camplong terkenal dengan po...
Selama dua hari pada tanggal 4 – 5 November 2022, ...
Balai Besar KSDA NTT pada minggu pertama Bu...
Kupang, 17 September 2022. Hari Sabtu ini Balai Be...
Kupang, 26 Januari 2022. Selama dua hari sejak t...
Kupu-kupu Raja Timor atau Silver Bi...
Balai Besar KSDA NTT sebagai Korwil UPT KLHK ...
Kolam wisata Oenaek merupakan tempat wisata di K...
Pada tanggal 1-2 Februari 2023 kemarin telah di...
KSDAE Mengajar Begin! Pada 3 Februari 2023, ...
#KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Jumat, 20 Januari 2023. Kepala Balai Besar KSDA ...
Sepenggal kalimat tersebut keluar dari Ibu Myra...
Kupang, 12 Oktober 2020 Rasa syukur melingkupi ...
Kupang, 29 September 2020 Hai Kawan Konsevasi, ...
Menjelang hitungan hari, peringatan puncak Hari...
Kupang, 3 September 2020 Kamis nan mani...
Kupang, Rabu, 22 Juli 2020. Balai Besar K...
Fatumnasi, 19 Juli 2020 Pendekatan dengan...
Kupang, 28 Mei 2020 Pada hari Kamis tanggal ...
Kupang, 5 Juli 2020 Minggu, 14 Juni 2020, BBKSD...
Kupang, 19 Juni 2019. Balai Besar KSDA N...
Enoraen, 17 Juni 2020 Bertempat di Taman Wis...
Kupang, 5 Juni 2020. Hari ini, jam 10.00-...
Maumere, 4 Juni 2020 Saat ini kita tengah...
Kupang, 1 Juni 2020 Konflik satwa liar antara bua...
Kupang, 22 Mei 2020 Pagi tadi (Jumat, 22 ...
Kupang, 24 April 2020 Hari ini, Balai Bes...
Kupang, 18 April 2020 Sabtu pagi, 18 Apri...
Kupang, 3 April 2020 Balai Besar KSDA...
Sumba, 03 Februari 2020 Unit Penanganan Satwa (...
Penyerahan santunan dari BBKSDA NTT ke keluarga ...
Lembata, 31 Januari 2020 Ah, barangkali judul di ...
Kupang, 22 Januari 2020 Peta Rencana Kerja Res...
Kepala BBKSDA NTT (kiri) dan Gubernur NTT (tenga...
Maumere, 26 November 2019 Pendidikan koservasi ...
Kupang, 15 Oktober 2019 Pada Senin ...
Kupang, 16 Oktober 2019 Pada tanggal 15 Oktober...
Kupang, 1 November 2019 Menipo, “pulau” yang se...
Identifikasi dan Pengukuran Paus Pilot Maumere...
Penyambutan Kepala Balai Besar KSDA NTT Mala...
Atambua, Agustus 2019 Presiden Republik Indone...
Maumere, 19 Juli 2019. Dalam rangka menjaga...
Persiapan Pelepasliaran Komodo di Pulau Oentolo...
Sekda Provinsi NTT beserta rombongan dan Petuga...
Pelepasliaran Sanca Timor di Hutan Egon Ilemedo ...
Kepala BBKSDA NTT (Peci Hitam) Didampingi Pejaba...
Maumere, 30 Juni 2019 Pada hari Minggu tanggal ...
Kupang, 2 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT melalu...
Kupang, 1 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT mel...
Pict. Kepala BBKSDA NTT dan Direktur WCS-IP Kup...
Pada tanggal 25 Januari 2019 Balai Besar KSDA NT...
Gubernur NTT dan Kepala BBKSDA NTT Senin, 4 Mar...
Dalam rangka Pencapaian Target Indikator Kinerj...
Penetapan kawasan Cagar Alam (CA) Mutis Timau p...
Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur diberi ama...
Torong Padang, suatu tanjung di Utara Pulau Flo...
Ekosistem blue carbon adalah ekosistem diman...
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Te...
Balai Besar KSDA NTT kedatangan seoran...
Bushcraft adalah berkegiatan di alam bebas yang...
Pada sore hari di medio bulan Desembe...
Selama ini, kita mengenal Cagar Alam (CA) Mut...
Hasil diagnostic reading permasalahan pada Ba...
Perambahan kawasan dan illegal logging TWA Ruteng ...
Konsep Perlindungan Hutan Berbasis Ekosistem P...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Bes...
Taman Wisata Alam (TWA) Tujuh Belas Pulau merup...
Kupang, 05/12/2018-Rekreasi, atau dulu kita bia...
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan ya...
Step on Flores land, it’s not only about the Kom...
Memandang deburan ombak pantai selatan yang meng...
TWAL Teluk Maumere juga dikenal dengan nama Gugu...
Eksotis, kata yang mewakili Taman Wisata Alam La...
Pameran konservasi dilaksanakan dengan tujuan un...
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa kele...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Besar...
“Awas tangannya.....” “Awas jarinya....” Kupang,...
Kupang, 26 November 2018 Balai Besar KSDA NTT mer...
Perkembangan Konservasi Penyu di TWA Menipopada...
Camplong, 14 November 2018 Pada hari Kamis, tangg...
Maumere, 09 November 2018 Seksi Konservasi Wila...
Kupang, 2 November 2018 Pada tanggal 31 Oktobe...
Maumere, 19 Oktober 2018. Balai Besar KSDA NTT m...
Kupang, 19 Oktober 2018. Dalam upaya mitigasi pe...
Soe, 27 September 2018 Sebagai Unit Pelaksana Tek...
Maubesi, 17 September 2018 Pada tanggal 6 Septe...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Dalam pengelolaan T...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Balai Besar KS...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Latar Belakang Tam...
Riung, 12 September 2018 Taman Wisata Alam Laut (...
Alor, 10 September 2018 Pada hari Senin, tangg...
Maumere, 31 Agustus 2018 Balai Besar Konservasi...
Maumere, 31 Agustus 2018 Sebagai tindak lanj...
Maumere, 28 Juni 2018 Balai Besar KSDA (BBKSDA) N...
Monitoring Penangkaran Ex-Situ Rusa Timor di Kota ...
Bari, 22 Juli 2018 Sehubungan dengan adanya inf...
Kupang, 2 Maret 2018. Sebanyak enam lembar kulit ...
Camplong, 21 Februari 2018 “Ayo bergerak bersama”...
Kupang, 16 Desember 2017. Balai Besar KSDA Nusa T...
Kupang, 28 September 2017 Dalam rangka Optimalisa...
Borong, 27 September 2017 Bertempat di Aula Dina...
Kupang, 18 September 2017 Pada hari Senin tanggal...
Kupang, 6 september 2017 BBKSDA NTT melaksanak...
Kupang, 28 Agustus 2017. Bertempat di Kantor Bala...
Kupang, 13 Agustus 2017 Gubernur NTT, Drs. Frans ...
Kupang, 13 Agustus 2017 Jelajah Sepeda Kompas 201...
Kupang, 10 Agustus 2017 Melalui Keppres Nomor 22 ...
Kupang, 4 Agustus 2017 Buaya memiliki sifat 'homi...
Kupang, Februari 2017. Hanya dalam kurun waktu ...
Kupang, 9 Mei 2017. Menindaklanjuti laporan dar...