Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur diberi amanah untuk memangku 28 unit kawasan konservasi yang terdiri dari 8 kawasan cagar alam, 6 kawasan suaka margasatwa, 12 kawasan taman wisata alam dan 2 kawasan taman buru. Disamping itu BBKSDA NTT juga melaksanakan tugas koordinasi bimbingan teknis pengeloaan taman hutan raya yang dikelola oleh pemerintah daerah, serta melaksanakan penyelenggaraan konservasi keanekaragaman hayati baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi.
Berdasarkan PermenLHK Nomor: P.8/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, Bidang Teknis KSDA mempunyai tugas penyiapan bahan pengelolaan di bidang perlindungan, pengawetan, pengembangan dan pemanfaatan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam dan taman buru, konservasi jenis tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan, penyiapan bahan pembentukan dan operasionalisasi KPHK, pelayanan dan promosi di bidang konservasi sumber daya alam dan ekosisitemnya.
Jumlah kawasan yang cukup banyak dengan letak dan posisi yang menyebar pada pulau-pulau yang ada di Provinsi NTT, menyebabkan peran dan fungsi dalam melakukan pelayanan yang prima kepada masyarakat mengalami sangat banyak kendala. Belum lagi dengan panjangnya birokrasi serta tidak adanya mekanisme atau prosedur yang jelas bagi petugas selain menyebabkan ketidak pastian waktu penyelesaian pelayanan, lambatnya pelayanan kepada masyarakat juga dapat memberikan peluang terjadinya praktek KKN.
Dalam rangka mendukung program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai reformasi birokrasi, BBKSDA NTT turut mencanangkan program mutu pelayanan publik yang bersih dari KKN. Luasnya wilayah kerja dan terdiri dari pulau-pulau, serta terbatasnya sumber daya manusia membuat peningkatan mutu pelayanan publik ini cukup sulit untuk dilaksanakan secara optimal, terutama pelayanan perizinan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) dan Peredaran TSL (Tumbuhan dan Satwa Liar).
Mengingat ditetapkannya Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai daerah pengembangan destinasi wisata oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, diperkirakan akan berimbas pada peningkatan kunjungan pada kawasan konservasi, baik untuk tujuan wisata, pendidikan, penelitian, maupun peliputan oleh media nasional dan internasional. Hal ini akan berpotensi meningkatkan jumlah pemohon SIMAKSI yang akan melakukan berbagai kegiatan di kawasan konservasi. Perkembangan terbaru yang terjadi saat ini adalah masuknya jenis kayu sonokeling dalam daftar apendiks II CITES dan jenis ini sangat banyak terdapat di NTT. Hal ini berpotensi untuk meningkatnya jumlah pemohon izin edar dan surat angkut tumbuhan dan satwa dalam negeri (SATS-DN) di masa yang akan datang. Kemungkinan dimasa yang akan datang masih akan banyak lagi perusahaan yang akan mengajukan izin edar TSL. Konsekuenasi dari meningkatnya jumlah perusahaan pemegang izin edar ini akan meningkatkan juga permohonan terhadap SATS-DN untuk mengangkut satwa, kayu, dan jenis tumbuhan lainnya yang berada di bawah kewenangan BBKSDA NTT.
Pengurusan perizinan secara konvensional yang dilaksanakan selama ini sangat menyulitkan bagi masyarakat karena proses pengurusan membutuhkan waktu yang lama, serta biaya transportasi dan akomodasi yang tinggi. Terdapat gap yang cukup lebar antara kebutuhan pelayanan prima bagi masyarakat terhadap layanan perizinan yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar KSDA NTT.
Kondisi nyata yang dihadapi di lapangan oleh BBKSDA NTT terkait dengan pelayanan perizinan adalah sebagai berikut:
1) Luasnya wilayah kerja BBKSDA NTT yang terdiri dari pulau-pulau;
2) Tingginya biaya transportasi pemohon dalam pengurusan perizinan pengusahaan TSL dan Simaksi;
3) Banyaknya bandara dan pelabuhan laut sebagai tempat pintu keluar peredaran TSL dan pintu masuk pengunjung kawasan konservasi (pemohon SIMAKSI);
4) Terbatasnya Sumber Daya Manusia BBKSDA NTT;
5) Adanya kecenderungan terjadinya peredaran TSL secara illegal;
6) Adanya kecenderungan orang masuk kawasan konservasi tanpa izin karena kesulitan akses dalam memperoleh SIMAKSI;
7) Pelayanan perizinan secara manual menyulitkan petugas lapangan dalam melakukan klarifikasi kesesuaian izin peredaran TSL dan SIMAKSI;
8) Website BBKSDA NTT sudah tidak aktif lagi.
Untuk menghilangkan gap yang ada dalam pelayanan perizinan ini perlu dilakukan terobosan-terobosan agar program peningkatan mutu pelayanan publik ini dapat diwujudkan. Salah satu terobosan yang paling mungkin dilakukan adalah menerapkan sistem pelayanan perizinan berbasis online untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi dan target hasil intervensi yang diharapkan sebagai solusi untuk menghilangkan gap tersebut
Untuk mencapaian pelayanan prima pelayanan perizinan di BBKSDA NTT, sangat disarankan program pelayanan berbasis online ini tidak hanya terbatas pada pelayanan perizinan SIMAKSI dan Peredaran TSL saja, namun harus dilaksanakan terhadap semua jenis perizinan seperti Izin Pemanfaatan Air dan Energi Air, Izin Usaha Jasa Wisata, Izin Usaha Sarana Wisata, dan lain sebagainya.
Manfaat dari penerapan pelayanan perizinan berbasis online, yaitu :
1) Dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan perizinan SIMAKSI dan peredaran TSL pada BBKSDA NTT;
2) Dapat membantu mengatasi kekurangan sumber daya manusia pelaksanaan pelayanan publik;
3) Dapat meningkatkan citra aparatur pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan;
4) Dapat meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perizinan, mengurangi biaya transportasi, akomodasi dan waktu pengurusan izin;
5) Mengurangi resiko terjadinya interaksi langsung antara pemohon dan petugas.
©Zaidi - BBKSDA NTT
Rabu, 20 November 2024. Telah dilaksankan pembukaa...
Tema Sosialisasi adalah "Ngobrolin Iklim Bare...
Labuan Bajo, Balai Besar KSDA NTT, Senin, 18 Novem...
Kupang (Kamis, 14 November 2024) – Balai Besar KSD...
Halo #KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Teripang merupakan salah satu komoditas unggulan N...
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK...
Balai Besar KSDA NTT bersama Balai TN Komodo dan...
Pada tanggal 20 September 2023 lalu Balai Besar ...
Pada tanggal 17 September 2023 lalu Kepala B...
KSDAE Mengajar merupakan program kependidikan ya...
Jamur Tudung (Phallus multicolor) adalah jamu...
Senin, 29 Mei 2023, Kepala Balai Besar KSDA N...
Pada hari Selasa, tanggal 2 Mei 2023 petugas ...
Taman Wisata Alam Camplong terkenal dengan po...
Selama dua hari pada tanggal 4 – 5 November 2022, ...
Balai Besar KSDA NTT pada minggu pertama Bu...
Kupang, 17 September 2022. Hari Sabtu ini Balai Be...
Kupang, 26 Januari 2022. Selama dua hari sejak t...
Kupu-kupu Raja Timor atau Silver Bi...
Balai Besar KSDA NTT sebagai Korwil UPT KLHK ...
Kolam wisata Oenaek merupakan tempat wisata di K...
Pada tanggal 1-2 Februari 2023 kemarin telah di...
KSDAE Mengajar Begin! Pada 3 Februari 2023, ...
#KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Jumat, 20 Januari 2023. Kepala Balai Besar KSDA ...
Sepenggal kalimat tersebut keluar dari Ibu Myra...
Kupang, 12 Oktober 2020 Rasa syukur melingkupi ...
Kupang, 29 September 2020 Hai Kawan Konsevasi, ...
Menjelang hitungan hari, peringatan puncak Hari...
Kupang, 3 September 2020 Kamis nan mani...
Kupang, Rabu, 22 Juli 2020. Balai Besar K...
Fatumnasi, 19 Juli 2020 Pendekatan dengan...
Kupang, 28 Mei 2020 Pada hari Kamis tanggal ...
Kupang, 5 Juli 2020 Minggu, 14 Juni 2020, BBKSD...
Kupang, 19 Juni 2019. Balai Besar KSDA N...
Enoraen, 17 Juni 2020 Bertempat di Taman Wis...
Kupang, 5 Juni 2020. Hari ini, jam 10.00-...
Maumere, 4 Juni 2020 Saat ini kita tengah...
Kupang, 1 Juni 2020 Konflik satwa liar antara bua...
Kupang, 22 Mei 2020 Pagi tadi (Jumat, 22 ...
Kupang, 24 April 2020 Hari ini, Balai Bes...
Kupang, 18 April 2020 Sabtu pagi, 18 Apri...
Kupang, 3 April 2020 Balai Besar KSDA...
Sumba, 03 Februari 2020 Unit Penanganan Satwa (...
Penyerahan santunan dari BBKSDA NTT ke keluarga ...
Lembata, 31 Januari 2020 Ah, barangkali judul di ...
Kupang, 22 Januari 2020 Peta Rencana Kerja Res...
Kepala BBKSDA NTT (kiri) dan Gubernur NTT (tenga...
Maumere, 26 November 2019 Pendidikan koservasi ...
Kupang, 15 Oktober 2019 Pada Senin ...
Kupang, 16 Oktober 2019 Pada tanggal 15 Oktober...
Kupang, 1 November 2019 Menipo, “pulau” yang se...
Identifikasi dan Pengukuran Paus Pilot Maumere...
Penyambutan Kepala Balai Besar KSDA NTT Mala...
Atambua, Agustus 2019 Presiden Republik Indone...
Maumere, 19 Juli 2019. Dalam rangka menjaga...
Persiapan Pelepasliaran Komodo di Pulau Oentolo...
Sekda Provinsi NTT beserta rombongan dan Petuga...
Pelepasliaran Sanca Timor di Hutan Egon Ilemedo ...
Kepala BBKSDA NTT (Peci Hitam) Didampingi Pejaba...
Maumere, 30 Juni 2019 Pada hari Minggu tanggal ...
Kupang, 2 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT melalu...
Kupang, 1 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT mel...
Pict. Kepala BBKSDA NTT dan Direktur WCS-IP Kup...
Pada tanggal 25 Januari 2019 Balai Besar KSDA NT...
Gubernur NTT dan Kepala BBKSDA NTT Senin, 4 Mar...
Dalam rangka Pencapaian Target Indikator Kinerj...
Penetapan kawasan Cagar Alam (CA) Mutis Timau p...
Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur diberi ama...
Torong Padang, suatu tanjung di Utara Pulau Flo...
Ekosistem blue carbon adalah ekosistem diman...
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Te...
Balai Besar KSDA NTT kedatangan seoran...
Bushcraft adalah berkegiatan di alam bebas yang...
Pada sore hari di medio bulan Desembe...
Selama ini, kita mengenal Cagar Alam (CA) Mut...
Hasil diagnostic reading permasalahan pada Ba...
Perambahan kawasan dan illegal logging TWA Ruteng ...
Konsep Perlindungan Hutan Berbasis Ekosistem P...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Bes...
Taman Wisata Alam (TWA) Tujuh Belas Pulau merup...
Kupang, 05/12/2018-Rekreasi, atau dulu kita bia...
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan ya...
Step on Flores land, it’s not only about the Kom...
Memandang deburan ombak pantai selatan yang meng...
TWAL Teluk Maumere juga dikenal dengan nama Gugu...
Eksotis, kata yang mewakili Taman Wisata Alam La...
Pameran konservasi dilaksanakan dengan tujuan un...
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa kele...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Besar...
“Awas tangannya.....” “Awas jarinya....” Kupang,...
Kupang, 26 November 2018 Balai Besar KSDA NTT mer...
Perkembangan Konservasi Penyu di TWA Menipopada...
Camplong, 14 November 2018 Pada hari Kamis, tangg...
Maumere, 09 November 2018 Seksi Konservasi Wila...
Kupang, 2 November 2018 Pada tanggal 31 Oktobe...
Maumere, 19 Oktober 2018. Balai Besar KSDA NTT m...
Kupang, 19 Oktober 2018. Dalam upaya mitigasi pe...
Soe, 27 September 2018 Sebagai Unit Pelaksana Tek...
Maubesi, 17 September 2018 Pada tanggal 6 Septe...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Dalam pengelolaan T...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Balai Besar KS...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Latar Belakang Tam...
Riung, 12 September 2018 Taman Wisata Alam Laut (...
Alor, 10 September 2018 Pada hari Senin, tangg...
Maumere, 31 Agustus 2018 Balai Besar Konservasi...
Maumere, 31 Agustus 2018 Sebagai tindak lanj...
Maumere, 28 Juni 2018 Balai Besar KSDA (BBKSDA) N...
Monitoring Penangkaran Ex-Situ Rusa Timor di Kota ...
Bari, 22 Juli 2018 Sehubungan dengan adanya inf...
Kupang, 2 Maret 2018. Sebanyak enam lembar kulit ...
Camplong, 21 Februari 2018 “Ayo bergerak bersama”...
Kupang, 16 Desember 2017. Balai Besar KSDA Nusa T...
Kupang, 28 September 2017 Dalam rangka Optimalisa...
Borong, 27 September 2017 Bertempat di Aula Dina...
Kupang, 18 September 2017 Pada hari Senin tanggal...
Kupang, 6 september 2017 BBKSDA NTT melaksanak...
Kupang, 28 Agustus 2017. Bertempat di Kantor Bala...
Kupang, 13 Agustus 2017 Gubernur NTT, Drs. Frans ...
Kupang, 13 Agustus 2017 Jelajah Sepeda Kompas 201...
Kupang, 10 Agustus 2017 Melalui Keppres Nomor 22 ...
Kupang, 4 Agustus 2017 Buaya memiliki sifat 'homi...
Kupang, Februari 2017. Hanya dalam kurun waktu ...
Kupang, 9 Mei 2017. Menindaklanjuti laporan dar...