Kupang, 16 Oktober 2019
Pada tanggal 15 Oktober 2019 Balai Besar KSDA NTT bersama dengan Yayasan Komodo Survival Program (KSP) dan PILI melaksanakan pembahasan Penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Biawak Komodo (Varanus komodoensis). Kegiatan ini juga dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTT, Balai TN Komodo, Balai Penelitian dan Pengembangan LHK Kupang, Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIV, Universitas Nusa Cendana, Staf Khusus Gubernur Provinsi NTT, Perhimpunan Pelestarian Burung Liar, dan WCS-IP.
Kegiatan tersebut dilatarbelakangi bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati, termasuk spesies dari kelompok reptil. Salah satunya adalah biawak komodo (Varanus komodoensis), reptil endemik Nusa Tenggara (Sunda Kecil). Biawak komodo merupakan spesies terancam punah karena populasinya diperkirakan tidak melebihi 5.000 ekor sehingga masuk dalam daftar merah IUCN (International Union for nservation of Nature) dengan kategori rentan (Vulnerable). Biawak komodo juga ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi di Indonesia.
Kadal terbesar yang habitatnya hanya terdapat di lima pulau di Indonesia bagian timur. Empat pulau terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Komodo, yaitu: pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode (Gili Dasami) dan Gili Motang. Pulau yang terakhir sekaligus merupakan pulau yang terbesar yaitu Flores. Di Flores terdapat tiga kawasan Cagar alam yang didalamnya masih terdapat populasi biawak komodo, yaitu Wae Wuul, Wolo Tado, dan Riung. Berdasarkan kajian yang terbaru, sebaran biawak komodo di Flores menunjukan bahwa sekitar 90% populasi dan wilayah sebarannya berada di luar kawasan konservasi.
Habitat biawak komodo yang sangat terbatas masih mendapatkan ancaman dari kegiatan pengembangan wilayah. Bentuk ancaman lainnya adalah perburuan mangsa rusa yang berlebihan, pembakaran dan alih fungsi lahan, serta kompetisi dengan anjing liar yang diintroduksi oleh manusia. Hal-hal ini menyebabkan populasi komodo menurun dan terpojokkan, sehingga konflik antara manusia dengan biawak komodo yang memakan hewan ternak tidak dapat terhindarkan. Tekanan tersebut berdampak pada populasi komodo pada wilayah persebarannya. Hal ini mendesak untuk segera terbangun Strategi dan Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Biawak Komodo.
Penyusunan dokumen SRAK biawak komodo ini ditujukan untuk mengintegrasikan seluruh kegiatan penelitian dan konservasi biawak komodo yang akan dilakukan oleh pemangku kepentingan sehingga dapat terlaksana secara terpadu dan berkontribusi terhadap peningkatan populasi biawak komodo di alam. Selanjutnya Dokumen SRAK ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SK MenLHK) dan akan diadopsi ke dalam rencana kerja UPT-UPT di lingkup KLHK serta pemerintah daerah di mana wilayahnya merupakan sebaran habitat biawak komodo.
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:
1. Terbangunnya pemahaman dan komitmen bersama pemangku kepentingan untuk proses fasilitasi yang efektif terhadap pengembangan strategi dan rencana aksi biawak komodo.
2. Terbitnya dokumen SRAK biawak komodo yang tersusun secara kolaboratif dan mencakup kesepakatan strategi, rencana aksi, rencana pembiayaan, serta berbagai dokumentasi dan beritaacara proses penyusunannya.
3. Terbitnya dokumen SRAK biawak komodo yang mendapatkan payung hukum berupa SK MenLHK tentang SRAK biawak komodo.
©Dewi Indriasari– BBKSDA NTT
Teripang merupakan salah satu komoditas unggulan N...
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK...
Balai Besar KSDA NTT bersama Balai TN Komodo dan...
Pada tanggal 20 September 2023 lalu Balai Besar ...
Pada tanggal 17 September 2023 lalu Kepala B...
KSDAE Mengajar merupakan program kependidikan ya...
Jamur Tudung (Phallus multicolor) adalah jamu...
Senin, 29 Mei 2023, Kepala Balai Besar KSDA N...
Pada hari Selasa, tanggal 2 Mei 2023 petugas ...
Taman Wisata Alam Camplong terkenal dengan po...
Selama dua hari pada tanggal 4 – 5 November 2022, ...
Balai Besar KSDA NTT pada minggu pertama Bu...
Kupu-kupu Raja Timor atau Silver Bi...
Balai Besar KSDA NTT sebagai Korwil UPT KLHK ...
Kolam wisata Oenaek merupakan tempat wisata di K...
Pada tanggal 1-2 Februari 2023 kemarin telah di...
KSDAE Mengajar Begin! Pada 3 Februari 2023, ...
#KawanKonservasi (https://www.instagram.com/e...
Jumat, 20 Januari 2023. Kepala Balai Besar KSDA ...
Sepenggal kalimat tersebut keluar dari Ibu Myra...
Kupang, 12 Oktober 2020 Rasa syukur melingkupi ...
Kupang, 29 September 2020 Hai Kawan Konsevasi, ...
Menjelang hitungan hari, peringatan puncak Hari...
Kupang, 3 September 2020 Kamis nan mani...
Kupang, Rabu, 22 Juli 2020. Balai Besar K...
Fatumnasi, 19 Juli 2020 Pendekatan dengan...
Kupang, 28 Mei 2020 Pada hari Kamis tanggal ...
Kupang, 5 Juli 2020 Minggu, 14 Juni 2020, BBKSD...
Kupang, 19 Juni 2019. Balai Besar KSDA N...
Enoraen, 17 Juni 2020 Bertempat di Taman Wis...
Kupang, 5 Juni 2020. Hari ini, jam 10.00-...
Maumere, 4 Juni 2020 Saat ini kita tengah...
Kupang, 1 Juni 2020 Konflik satwa liar antara bua...
Kupang, 22 Mei 2020 Pagi tadi (Jumat, 22 ...
Kupang, 24 April 2020 Hari ini, Balai Bes...
Kupang, 18 April 2020 Sabtu pagi, 18 Apri...
Kupang, 3 April 2020 Balai Besar KSDA...
Sumba, 03 Februari 2020 Unit Penanganan Satwa (...
Penyerahan santunan dari BBKSDA NTT ke keluarga ...
Lembata, 31 Januari 2020 Ah, barangkali judul di ...
Kupang, 22 Januari 2020 Peta Rencana Kerja Res...
Kepala BBKSDA NTT (kiri) dan Gubernur NTT (tenga...
Maumere, 26 November 2019 Pendidikan koservasi ...
Kupang, 15 Oktober 2019 Pada Senin ...
Kupang, 16 Oktober 2019 Pada tanggal 15 Oktober...
Kupang, 1 November 2019 Menipo, “pulau” yang se...
Identifikasi dan Pengukuran Paus Pilot Maumere...
Penyambutan Kepala Balai Besar KSDA NTT Mala...
Atambua, Agustus 2019 Presiden Republik Indone...
Maumere, 19 Juli 2019. Dalam rangka menjaga...
Persiapan Pelepasliaran Komodo di Pulau Oentolo...
Sekda Provinsi NTT beserta rombongan dan Petuga...
Pelepasliaran Sanca Timor di Hutan Egon Ilemedo ...
Kepala BBKSDA NTT (Peci Hitam) Didampingi Pejaba...
Maumere, 30 Juni 2019 Pada hari Minggu tanggal ...
Kupang, 2 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT melalu...
Kupang, 1 Juli 2019 Balai Besar KSDA NTT mel...
Pict. Kepala BBKSDA NTT dan Direktur WCS-IP Kup...
Pada tanggal 25 Januari 2019 Balai Besar KSDA NT...
Gubernur NTT dan Kepala BBKSDA NTT Senin, 4 Mar...
Dalam rangka Pencapaian Target Indikator Kinerj...
Penetapan kawasan Cagar Alam (CA) Mutis Timau p...
Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur diberi ama...
Torong Padang, suatu tanjung di Utara Pulau Flo...
Ekosistem blue carbon adalah ekosistem diman...
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Te...
Balai Besar KSDA NTT kedatangan seoran...
Bushcraft adalah berkegiatan di alam bebas yang...
Pada sore hari di medio bulan Desembe...
Selama ini, kita mengenal Cagar Alam (CA) Mut...
Hasil diagnostic reading permasalahan pada Ba...
Perambahan kawasan dan illegal logging TWA Ruteng ...
Konsep Perlindungan Hutan Berbasis Ekosistem P...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Bes...
Taman Wisata Alam (TWA) Tujuh Belas Pulau merup...
Kupang, 05/12/2018-Rekreasi, atau dulu kita bia...
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan ya...
Step on Flores land, it’s not only about the Kom...
Memandang deburan ombak pantai selatan yang meng...
TWAL Teluk Maumere juga dikenal dengan nama Gugu...
Eksotis, kata yang mewakili Taman Wisata Alam La...
Pameran konservasi dilaksanakan dengan tujuan un...
Telah menjadi kesadaran bersama bahwa kele...
Kupang, 7 Desember 2018 Wilayah kerja Balai Besar...
“Awas tangannya.....” “Awas jarinya....” Kupang,...
Kupang, 26 November 2018 Balai Besar KSDA NTT mer...
Perkembangan Konservasi Penyu di TWA Menipopada...
Camplong, 14 November 2018 Pada hari Kamis, tangg...
Maumere, 09 November 2018 Seksi Konservasi Wila...
Kupang, 2 November 2018 Pada tanggal 31 Oktobe...
Maumere, 19 Oktober 2018. Balai Besar KSDA NTT m...
Kupang, 19 Oktober 2018. Dalam upaya mitigasi pe...
Soe, 27 September 2018 Sebagai Unit Pelaksana Tek...
Maubesi, 17 September 2018 Pada tanggal 6 Septe...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Dalam pengelolaan T...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Balai Besar KS...
BBKSDA NTT, 13 September 2018 Latar Belakang Tam...
Riung, 12 September 2018 Taman Wisata Alam Laut (...
Alor, 10 September 2018 Pada hari Senin, tangg...
Maumere, 31 Agustus 2018 Balai Besar Konservasi...
Maumere, 31 Agustus 2018 Sebagai tindak lanj...
Maumere, 28 Juni 2018 Balai Besar KSDA (BBKSDA) N...
Monitoring Penangkaran Ex-Situ Rusa Timor di Kota ...
Bari, 22 Juli 2018 Sehubungan dengan adanya inf...
Kupang, 2 Maret 2018. Sebanyak enam lembar kulit ...
Camplong, 21 Februari 2018 “Ayo bergerak bersama”...
Kupang, 16 Desember 2017. Balai Besar KSDA Nusa T...
Kupang, 28 September 2017 Dalam rangka Optimalisa...
Borong, 27 September 2017 Bertempat di Aula Dina...
Kupang, 18 September 2017 Pada hari Senin tanggal...
Kupang, 6 september 2017 BBKSDA NTT melaksanak...
Kupang, 28 Agustus 2017. Bertempat di Kantor Bala...
Kupang, 13 Agustus 2017 Gubernur NTT, Drs. Frans ...
Kupang, 13 Agustus 2017 Jelajah Sepeda Kompas 201...
Kupang, 10 Agustus 2017 Melalui Keppres Nomor 22 ...
Kupang, 4 Agustus 2017 Buaya memiliki sifat 'homi...
Kupang, Februari 2017. Hanya dalam kurun waktu ...
Kupang, 9 Mei 2017. Menindaklanjuti laporan dar...
Kupang, 19 Maret 2017. 150 ekor tukik hasil pen...